KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 masih melanda dunia hingga kini. Sejak dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO pada Maret 2020 lalu, belum diketahui secara pasti asal usul Covid-19 atau virus Corona tersebut.
Beragam teori kemudian bermunculan, salah satunya yakni teori yang menyebutkan bahwa Covid-19 berasal dari laboratorium Institut Virologi Wuhan China.
Meski belum terbukti, namun teori tersebut memiliki konsekuensi besar seandainya terbukti benar. Yakni Presiden China Xi Jinping berpotensi dilengserkan. Setidaknya itu yang disampaikan oleh Penasihat terkemuka WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) Jamie Metzl kepada penyiar radio LBC Maajid Nawaz.
“Di China, jika benar ada bukti (Covid-19 dari lab Wuhan), ada potensi Xi Jinping dilengserkan,” kata Metzl .
Baca juga: China Menduga Tuduhan AS Soal Asal-usul Covid-19 dari Lab Wuhan Serupa Klaimnya terhadap Irak
Ia melanjutkan, seandainya teori tersebut benar maka China terancam dikucilkan oleh seluruh dunia.
Terima kasih telah membaca Kompas.com.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
“Akan menjadi pukulan geopolitik yang besar bagi negara itu," jelas Metzl seperti dilansir The Sun Senin (31/5/2021).
Menurutnya, temuan tersebut akan membuat marah banyak orang yang kehilangan anak, orangtua, maupun pasangan mereka. "Tidak hanya akan menjadi kesalahan besar, kejadian itu bakal dipandang sebagai upaya penutupan kejahatan," papar Metzl.
Dalam kesempatan yang sama, Maajid Nawaz mengatakan hal senada. Akan ada konsekuensi besar yang bakal dihadapi China jika teori tersebut terbukti benar. “Sebabnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah seluruh planet (dunia) terkunci karena wabah ini,” papar Nawaz.
AS Minta Investigasi Asal Usul Covid-19
Langkah dinas rahasia Inggris yang memutuskan menyelidiki asal usul virus corona membuat hubungan Beijing dan London memanas. Ketegangan itu diperparah dengan pernyataan Presiden AS Joe Biden.
Biden meminta diadakan investigasi oleh badan intelijen untuk mengetahui asal usul virus corona.
Berbeda dengan Presiden AS sebelumnya, Donald Trump, yang kencang menggemakan bahwa virus Covid-19 berasal dari laboratorium China, semula Biden mengesampingkan teori tersebut.
Namun kali ini pemerintahan Biden ikut menekankan teori tersebut.
Baca juga: Inggris 28 Hari Capai Nol Kasus Kematian Covid-19, tapi Masih Dibayangi Varian Delta
Politisi Partai Demokrat itu itu memerintahkan laboratorium nasional AS untuk membantu menyelidiki dan komunitas intelijen diminta untuk menyiapkan daftar pertanyaan khusus untuk pemerintah China.
China didesak untuk bekerja sama dengan penyelidikan internasional tentang asal-usul pandemi Covid-19.
Bantahan China
Di sisi lain, China berulang kali membantah bahwa virus corona berasal dari laboratorium Institut Virologi Wuhan. Hingga kini setidaknya 3,5 juta nyawa terenggut akibat keganasan virus corona. China menuding AS bermain politik lewat upaya investigasi asal usul Covid-19.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan bahwa permintaan Presiden AS Joe Biden itu menunjukkan bahwa AS "tidak peduli terhadap fakta dan kebenaran, dan tidak percaya dengan penelusuran asal-usul ilmiah yang serius,".
Baca juga: PM Singapura Nyatakan Pelonggaran Pembatasan Covid-19 akan Dilakukan dengan Strategi Ini...
Melansir Sky News pada Kamis (27/5/2021), Zhao mengklaim “AS ingin menggunakan pandemi untuk membuat stigma dan memanipulasi politik, serta untuk lepas tanggung jawab,”.
Kembali diangkatnya isu ini membuat tudingan bahwa investigasi yang dilakukan seperti upaya AS menemukan senjata pemusnah massal di Irak. Sebuah editorial yang diterbitkan surat kabar pemerintah Global Times menuding pemerintah AS begitu arogan.
Beijing menyatakan, "Negeri Paman Sam" tidak mempunyai otoritas yang lebih besar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). China menuduh AS memainkan permainan politik dengan menjadikan WHO sebagai alat kepentingan mereka.
(Penulis : Ardi Priyatno Utomo | Editor : Ardi Priyatno Utomo)
Xi Jinping Terancam Dilengserkan jika Teori Covid-19 Berasal dari Laboratorium Wuhan Terbukti - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More
No comments:
Post a Comment