Rechercher dans ce blog

Thursday, August 19, 2021

AM Sangadji, Simpul Pergerakan dari Timur yang Terlupa - CNN Indonesia

Maluku, CNN Indonesia --

Tak banyak pemuda dari Indonesia bagian timur yang aktif berperan sejak masa pergerakan nasional hingga kemerdekaan. Namun bukan berarti minim jasa.

Pemuda dari Indonesia timur dalam pergerakan seringkali menjadi simbol atau representasi bahwa tidak hanya Jawa atau Sumatera yang ingin merdeka. Mereka menjadi spesial, tapi kerap terlupakan.

Salah satunya Abdul Muthalib Sangadji asal Maluku. Mengisi posisi penting dalam Sarekat Islam yang termasyhur, hingga terlibat dalam BPUPKI selaku peletak dasar Republik Indonesia.


Masa Kecil

AM Sangadji lahir di Desa Rohomoni, Pulau Haruku, Maluku Tengah, Provinsi Maluku pada 3 Juni 1889. Keturunan ningrat dari Abdul Wahab dan Sitti Pattisahusiwa.

Ayahnya seorang raja negeri Rohomoni. Sementara ibunya seorang putri dari keturunan raja Siri Sori Islam. Hidup di keluarga berkecukupan membuat Sangaji bisa memperoleh pendidikan Belanda.

Mulai mengenyam pendidikan dasar di Holandsch Inlandsche School (HIS). Lanjut ke Meer Uitgebreid Lager (MULO) dan Algemeene Middlebare School (AMS) saat remaja.

"Orangnya suka membikin gaduh dengan teman-teman sekelas seperti siswa keturunan Belanda dan China, karena sering anak-anak keturunan Belanda dan China selalu menekan siswa-siwsi pribumi," ujar Kamil Mony Cicit Tokoh Kemerdekaan AM Sangadji kepada CNNIndonesia.com.

Sangadji ingin lanjut menimba ilmu ke Jawa. Namun tidak langsung direstui sang ayah, sehingga memutuskan untuk bekerja dengan pemerintah Hindia Belanda di Kota Saparua, Pulau Ambon, Maluku. Setelah itu, barulah di bisa hidup di Jawa usai ditempatkan di Surabaya.

Melanglang Buana

Pergaulan Sangadji terbilang luas. Pula memiliki ketertarikan untuk berorganisasi. Pada 16 Oktober 1905, Sangadji mulai bergabung dengan pedagang Islam pribumi dalam naungan Sarekat Dagang Islam.

Sangadji senang berada di sana. Dia mulai tertular dengan pandangan-pandangan baru. Terutama tentang kolonialisme dan masa depan Indonesia.

Beberapa kali terlibat dalam gerakan melawan kolonial. Tak heran jika dia termasuk orang yang diperhatikan oleh pemerintah Belanda. Terlebih, dia pun tercatat sebagai anggota Sarekat Islam yang manuvernya telah membuat khawatir pihak kolonialis.

Sangadji pun terlibat dalam Kongres Pemuda II di Jakarta pada 1928. Kongres itu sempat mencetuskan Sumpah Pemuda. Reputasinya kian dihormati. Terlebih, Sangadji pun terbilang pandai berpidato. Retorikanya bagus.

Pada 1932, Sangadji pulang ke kampung halaman. Dia turut membawa pandangan yang diperolehnya dari Jawa, yakni optimisme tentang masa depan Indonesia. Demi mencapainya, dia inisiatif bergerak di bidang pendidikan.

Bersama kakaknya, Abdoullah Sangadji, dia mendirikan pendidikan sekolah madrasah di kampung halaman. Dukungan dari masyarakat setempat mengalir deras. Namun, sekolah tak pernah sempat digunakan.

Itu karena Sangadji selalu diintai oleh pemerintah Belanda. Kala itu, Sangadji sudah termasuk pejabat teras Sarekat Islam, yakni pimpinan Lajnah Tanfidziyah menggantikan Hos Tjokroaminoto yang legendaris.

Sebarkan Berita Kemerdekaan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Adblock test (Why?)


AM Sangadji, Simpul Pergerakan dari Timur yang Terlupa - CNN Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Korsel Targetkan 300 Ribu Wisatawan dari Indonesia pada 2022 - Republika Online

Kunjungan wisatawan Indonesia ke Korea Selatan anjlok pada 2020 dan 2021. REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Korea Selatan (Korsel) menargetkan kun...