Rechercher dans ce blog

Sunday, August 1, 2021

Bendera Putih: Sebuah Pesan dari Tepi Jalan | merdeka.com - merdeka.com

Merdeka.com - Suasana di Jalan Sasak, Kota Surabaya, tak seperti biasa. Salah satu lokasi niaga tersohor di Kota Pahlawan ini sedang tidak baik-baik saja. Deretan pertokoan yang mengapit akses menuju Makam Sunan Ampel itu sepi pembeli. Padahal hari belum usai. Dalam kondisi normal, para pedagang selalu kewalahan. Melayani pembeli yang datang tanpa henti.

Di salah satu sudut, seorang pegawai toko tampak lunglai. Sesekali menengok barang dagangan yang tidak kunjung disambangi pembeli. Di ujung jalan, pengayuh becak yang biasanya bermandi keringat karena hilir mudik mengantar peziarah, kini lebih banyak terdiam. Duduk pada bangku penumpang.

Detak ekonomi di sana seolah terhenti. Tercekik selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Di pinggir jalan, bendera putih berkibar ditiup angin. Jumlahnya memang tidak lebih dari hitungan jari tangan. Namun pesannya cukup dalam. Sudah menyerah. Salah seorang pedagang, Husein tidak ikut mengibarkan bendera. Namun dia memahami pesannya. Pengibaran bendera bermakna menyerah pada keadaan.

"Bendera putih itu tidak melawan pemerintah, maksudnya itu menyerah pada keadaan. Sekarang ini, keadaan yang susah," kata Husein saat ditemui merdeka.com, Kamis (29/7).

Sambil duduk di depan toko, Husein bercerita kesulitannya membawa pulang hasil jualan. Biasanya, dia bisa mengantongi Rp5 juta dalam sehari. Tapi itu cerita lama, sebelum pandemi melanda. Hari-hari terakhir ini, dia hanya mampu mengantongi tidak lebih dari 10 lembar seratus ribuan. "Stres kalau keadaan seperti ini," terangnya.

Kibaran bendera putih tak hanya di Surabaya. Terlihat juga di kompleks Stadion Maulana Yusuf Kita, Serang, Provinsi Banten. Kawasan tersebut sebenarnya area terlarang untuk berjualan. Namun ramainya kunjungan warga membuat gairah ekonomi di sana menjadi hidup. Jika akhir pekan datang, kawasan ini berubah jadi pasar dadakan. Banyak pedagang makanan, minuman, pakaian hingga permainan anak.

Kondisi berubah sejak PPKM. Menyisakan pedagang makanan dan minuman yang masih boleh berjualan. Sejumlah bendera putih tertancap di pohon hingga lapak pedagang. Semakin mencolok dilihat pada siang hari. Bendera ini bentuk ungkapan hati. Mereka ada di posisi makin sulit.

Yuli, sudah lama berjualan di sana. Siang itu dia berkeluh kesah. Mencoba melewati hari-hari menjajakan makanan dan minuman. Meski sepi tanpa pembeli. "Sampai nangis saya pulang," terang Yuli.

Bendera putih di sana tidak bertahan lama. Selang sehari, stadion sudah bersih dari simbol keresahan. "Kita sendiri yang mencopoti," aku Yuli.

Pusat perdagangan terbesar di Asia Tenggara, tak lepas dari bendera putih. Berkibar di beberapa titik Pasar Tanah Abang, Jakarta. Ketua Koperasi Pedagang Pasar Tanah Abang, Yusril Umar, pertama kali mengetahui pengibaran bendera putih dari video yang dikirim teman pedagang.

"Sebenarnya itu letupan dari keadaan mereka yang sudah sangat terpuruk saat ini," kata Yusril.

Sudah lebih dari satu setengah tahun, pedagang di pusat perbelanjaan itu berada di titik nadir. Bahkan mereka pernah tutup lebih dari tiga bulan. Di masa awal Pandemi. Ketika diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pada medio Maret sampai Juni 2020.

"Sekarang sudah buka ternyata ada lagi persyaratan yang bikin orang tidak nyaman masuk pasar. Harus memperlihatkan surat vaksin segala macam. Ini yang menjadi kendala sekarang," terangnya.

Pedagang hanya bisa mengeluh pada Yusril. Untuk makan saja, mereka kesulitan. Belum lagi untuk biaya anak sekolah. Banyak kios tak bertuan. Kosong ditinggalkan pedagang.

Pelaku ekonomi memang sedang tidak baik-baik saja. Ini tak hanya dirasakan pedagang kaki lima dan pasar. Pengusaha kecil dan menengah punya kegelisahan sama. Pengusaha hotel di Kabupaten Garut, Jawa Barat, menjerit. Membuat mereka kompak mengibarkan bendera putih. Dilengkapi gambar atau emoticon menangis. Jelas pesan yang ingin disampaikan.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Garut Fiki Radiansyah menceritakan ide aksi pengibaran bendera putih berawal dari keresahan pengelola hotel dan restoran. "Memasangkan bendera karena agar ada solusi," ujar Fiki.

Mereka berharap pemerintah tidak hanya mengutamakan ajakan menerapkan protokol kesehatan. Tapi juga dibarengi protokol ekonomi. "Maunya kita, protokol ekonomi itu ya jalan bareng-bareng. Bisnisnya biar jalan," lanjut Fiki.

Gerakan pengibaran bendera putih berhenti setelah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno melirik ke sana. Pemerintah Daerah juga akhirnya turun tangan memberikan keringanan pajak. Bersamaan penyaluran bantuan sosial untuk karyawan hotel.

"Goalnya untuk di atas kertasnya sudah, tinggal realisasinya," ucap Fiki.

kehilangan penghasilan pedagang di malioboro kibarkan bendera putih

©2021 Merdeka.com

Pengibaran bendera putih juga terjadi di Kota Padang, Sumatera Barat. Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memasang bendera putih. Dilakukan serentak di salah satu titik kota. Pemilik kafe, Heru Saputra menceritakan, ide ini sebenarnya sudah lama tercetus. Sejak awal PPKM diberlakukan. Kerugian dalam berbisnis sebagai pemicu utamanya. Kebijakan PPKM dianggap membuatnya babak belur. "Merugikan kita semua, penurunan omset hingga 60 persen," kata Heru.

Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) di DPR RI, Saleh Partaonan Daulay mengajak masyarakat tetap optimistis memandang masa depan. Kondisi buruk hari ini bisa berakhir jika semua bekerja bersama. Seperti saat masa perjuangan.

"Jadi saya merasa sebetulnya kita tetap harus semangat ya, tidak boleh menyerah. Bahwa kita ini bangsa yang mempunyai sejarah mampu melawan berbagai macam persoalan yang kita hadapi," ujar Saleh.

Dalam pandangannya, tidak hanya rakyat yang berada dalam situasi sulit. Pemerintah juga menghadapi hal sama. Dilematis dalam pengambilan kebijakan. Rakyat diharapkan tidak memandang sebelah mata kinerja pemerintah. Meskipun pada kondisi nyata, program bantuan sosial tidak bisa menyentuh seluruh lapisan warga yang membutuhkan.

"Mengibarkan bendera ini seakan-akan kita menyerah. Tidak boleh, itu sifat apatis, sifat yang Saya kira tidak baik. Orang (negara) lain mampu, banyak bersatu untuk melawan Covid. Karena itu kita harus bisa."

Bendera Sama, Pesan Berbeda

Berbeda dari aksi yang dilakukan pedagang. Pengibaran bendera putih di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, justru sebagai sebuah program. Inisiasinya Buleleng Social Community (BSC). Komunitas nonprovit yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan.

Bendera putih dipilih sebagai tanda bagi mereka untuk memudahkan penyaluran paket bantuan. Warga yang membutuhkan bantuan lantaran terdampak pandemi, mengibarkan bendera putih di depan rumah. Kemudian difoto dan dikirim berbarengan dengan sejumlah persyaratan. Komunitas ini yang memvalidasi. Jika masuk kategori penerima bantuan, paket pertolongan langsung dikirim.

Gerakan pengibaran bendera putih ini dimulai sejak PPKM Darurat diberlakukan. Tercatat sudah ratusan paket sembako didistribusikan. Namun, gerakan ini hanya seumur jagung. Ketua BSC Eka Tirtayana memutuskan mengakhiri gerakan pengibaran bendera putih berbarengan dengan selesainya PPKM Darurat kemarin.

"Takut nanti malah buat gaduh," tutur Eka.

infografis bendera putih

©2021 Merdeka.com/Grafis: Amar Choiruddin

Eka tidak ingin gerakan BSC disamakan dengan aksi serupa di sejumlah daerah. Dia juga membuang jauh anggapan membantu sesama demi kepentingan politis. Apalagi isu-isu liar yang dapat menurunkan kredibilitas. Bagi Eka, kemurnian gerakannya adalah membantu sesama tanpa pamrih.

"Unsur provitnya tidak ada. Kami murni unsur sosial dan kemanusiaan. Tidak ada apa-apa di balik itu," tegas Eka.

Berbekal semangat yang sama, BSC membuat gerakan baru. Dinamakan 234. Mulai dijalankan saat PPKM level dimulai. Nama 234 punya makna. Yakni 2 kg beras, 3 mi instan dan 4 telor. Ini merupakan isi bantuan yang diserahkan ke warga di pelosok kabupaten.

"Masyarakat juga positif dengan program ini," tutur Eka.

Berbeda dengan gerakan pengibaran bendera putih, pola penyaluran bantuan program 234 ini lebih mengandalkan input data dari aparatur desa yang dikirim melalui WhatsApp. Selain itu, BSC juga masih mempertahankan sistem pengajuan dari warga seperti yang diterapkan pada program sebelumnya.

Anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyar (DPR) Bukhori Yusuf tidak menutup mata. Dia melihat rakyat yang berada di fase lelah dan menyerah. Situasi membuat mereka tidak bisa banyak berbuat. Pesan yang tersirat dari aksi pengibaran bendera putih di berbagai daerah, tidak bisa dipandang sepele. Harus dicari solusi terbaik.

"Jokowi harus hadir dalam situasi seperti ini. Tidak boleh diam. Harus bisa memberikan jaminan kelangsungan hidup mereka," kata Bukhori Yusuf.

Bukhori menyarankan pemerintah mengevaluasi cara-cara penanganan Covid-19. Perlu dipertimbangkan membagi beban pemerintah pusat dan daerah. Termasuk dalam hal kebijakan penanganan Covid-19.

"Jadi pemerintah pusat memikirkan, pertama bagaimana memberikan stimulus kepada masyarakat agar mereka tetap tegar," ucapnya.

Dalam penanganan pandemi Covid-19, pemerintah selalu menyampaikan upaya menjaga keseimbangan aspek kesehatan dan sosial ekonomi masyarakat. Pemerintah memahami kesulitan masyarakat selama masa PPKM.

"Sebagian masyarakat tidak bisa keluar rumah, sehingga sulit mencari nafkah," kata Juru Bicara Menko bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhur Binsar Pandjaitan, Jodi Mahardi.

Beban masyarakat makin besar. Karena itu pemerintah menambah jumlah dan cakupan penerima bantuan sosial. Agar semakin banyak masyarakat mendapatkan bantuan sebagai stimulus. Agar ekonomi Indonesia punya daya ungkit kembali.

"Masyarakat tidak perlu khawatir bansos dikorupsi karena pemerintah bekerja sama dengan Polri, Kejagung, dan KPK untuk mengawal program bansos," terangnya.

Bantuan Negara Lain

Pengibaran bendera putih menjadi bagian dari ekspresi kelompok masyarakat yang merasa situasi saat ini sangat sulit. Dampak pandemi dahsyat dirasakan warga. Pengaruh sosial ekonomi sangat luas dan dalam.

"Semacam bentuk protes, tuntutan kepada negara untuk berbuat sesuatu atau berbuat sesuatu yang lebih lagi dari yang sudah dilakukan selama ini," beber Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Najib Azca.

Pemerintah bisa lebih terbuka terhadap segala sesuatu yang sudah dilakukan selama ini. Kemunculan bendera putih di beberapa daerah bisa jadi disebabkan karena komunikasi yang tidak baik. Saran lainnya, terus meningkatkan kinerja penanganan Covid-19. Situasi hari ini tak jauh lebih baik dibanding masa awal Pandemi. Harus ada terobosan dan kerja yang luar biasa.

"Saya kira tidak ada salahnya dalam hal-hal tertentu meminta bantuan dari negara-negara sahabat. Yang mungkin sudah melewati fase krisis terdalamnya," terangnya.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B Harmadi berpendapat, kondisi memang sulit namun harus dijalankan. Penerapan protokol kesehatan yang ketat sampai saat ini masih dipandang sebagai cara terbaik mengatasi masalah kesehatan dan ekonomi di tengah pandemi.

"Bagaimana pun juga keselamatan rakyat adalah hal yang utama. Namun selain kita ingin masyarakat tidak terkapar Covid-19, pemerintah juga terus berjuang agar masyarakat tidak terkapar secara ekonomi," kata Sonny.

Pesan di tepi jalan harus didengar. Saleh Daulay menyarankan pemerintah mendengar aspirasi. Apalagi datang dari rakyat yang kelaparan. Tidak hanya mendengar, tapi juga memberi jawaban atas kegelisahan mereka.

"Apapun yang disampaikan masyarakat kita anggap aspirasi yang harus disahuti oleh pemerintah termasuk yang katakanlah masyarakat yang menyerah ataupun angkat bendera putih," tutup Saleh.

Tim Penulis: Erwin Yohanes, Ikhwan, Dwi Prasetya, Mochammad Iqbal, Wilfridus Setu Embu, Ronald, Ya'cob Billiocta, Henny Rachma Sari [cob]

Adblock test (Why?)


Bendera Putih: Sebuah Pesan dari Tepi Jalan | merdeka.com - merdeka.com
Read More

No comments:

Post a Comment

Korsel Targetkan 300 Ribu Wisatawan dari Indonesia pada 2022 - Republika Online

Kunjungan wisatawan Indonesia ke Korea Selatan anjlok pada 2020 dan 2021. REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Korea Selatan (Korsel) menargetkan kun...