Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai Jawa dan Bali belum melewati puncak pandemi Covid-19. Penilaian ini merespons pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Dicky mengatakan hanya angka absolut harian Covid-19 yang menunjukkan tren penurunan. Namun hal itu juga dikarenakan jumlah testing yang naik turun dan belum sesuai target minimal 300 ribu orang sehari.
"Secara pemodelan yang menurun itu laporan kasusnya, tapi testingnya juga menurun. Jadi sekarang untuk Jawa-Bali itu masih di puncak kasus infeksi, belum melandai," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (4/8).
Perlu diketahui, angka kasus positif harian bisa menurun atau meningkat tergantung pada banyaknya jumlah testing dalam sehari.
Sesuai dengan Instruksi Mendagri Nomor 27 tahun 2021 tentang PPKM Level 4, 3, 2 di Jawa-Bali, pemerintah menargetkan testing harian minimal 324 ribu sehari khusus di Jawa. Namun data Satgas Covid-19 secara nasional per Selasa (3/8) hanya ada 151.712 orang yang diperiksa dalam sehari.
Dari pemeriksaan hari itu, ditemukan 33.900 kasus positif. Positivity rate harian Indonesia juga masih di angka 22,34 persen, empat kali lipat lebih tinggi dari anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 5 persen.
Positivity rate yang tinggi menunjukkan laju penularan kasus masih masif di masyarakat. Sehingga Dicky menilai penurunan kasus Covid-19 tidak bisa dilihat hanya dari angka positif harian yang menurun.
"Tapi positivity rate masih di atas 20 persen, itu artinya masih tinggi kasusnya, kemungkinan kasus positif di masyarakat 4-5 kali lebih tinggi dari angka kasus yang dilaporkan," kata Dicky.
Selain itu, untuk menilai penurunan puncak kasus Covid-19, Dicky mengatakan tak bisa hanya melihat dari angka positif harian.
Secara keilmuan, untuk melihat tren perbaikan atau perburukan pandemi Covid-19 perlu dilihat positivity rate, beban di rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR), dan kasus kematian.
Sementara itu, kata Dicky, angka BOR juga tidak terdeteksi merata di seluruh daerah, khususnya di luar Jawa-Bali. Pasien Covid-19 juga seringkali tidak mendapat penanganan di rumah sakit ketika menunjukkan gejala perburukan hingga banyak ditemukan kasus kematian di rumah.
"Permasalahan dengan kasus di RS ini adalah di Indonesia tidak terlihat di semua daerah, karena banyak pasien isolasi mandiri. Kondisi itu akan mempengaruhi jumlah kasus kematian yang tidak terdeteksi. Kematian di rumah juga akan semakin meningkat," kata Dicky.
Sementara itu data Satgas Covid-19 menunjukkan angka kematian nasional masih berada di angka 1000-an kasus per hari. Setelah mencapai rekor tambahan harian pada 27 Juli dengan 2.069 kasus sehari, grafik kasus kematian memang menunjukkan penurunan kasus, meski penambahannya kasus kematian masih cukup banyak.
Dalam sepekan terakhir saja pada 28 Juli-3 Agustus, total kasus kematian nasional sebanyak 12.054. Rata-rata kasus kematian sehari yakni 1.722 kasus.
Daerah penyumbang kasus kematian terbanyak juga masih didominasi oleh provinsi di Pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta selalu masuk sebagai penyumbang kasus kematian terbanyak dalam sepekan terakhir.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengklaim puncak kasus Covid-19 sudah terlampaui. Penilaian tersebut dilandasi oleh tambahan kasus Covid-19 di Jawa-Bali yang menunjukkan tren penurunan.
Menurutnya tren kenaikan kasus Covid-19 justru terjadi di luar Pulau Jawa-Bali. Budi juga mengakui ada beberapa daerah di luar Jawa yang menunjukkan kenaikan kasus positif.
Pihaknya optimistis bisa mengantisipasi lonjakan kasus di luar Jawa-Bali dengan mereplikasi kebijakan penanganan Covid-19 di Jawa-Bali ke daerah lainnya.
Foto: CNN Indonesia/Fajrian
Infografis Ciri Pasien Covid Harus ke Rumah Sakit |
Respons Menkes, Pakar Sebut Covid-19 Belum Turun dari Puncak - CNN Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment