KOMPAS.com – Manufaktur merupakan salah satu sektor yang terdampak cukup signifikan oleh pandemi Covid-19. Padahal, sektor manufaktur menjadi salah satu penopang perekonomian Indonesia.
Aktivitas manufaktur di Tanah Air tercatat menurun tajam pada 2020. Hal tersebut merupakan imbas dari pembatasan pertemuan tatap muka sebagai langkah pencegahan penularan Covid-19. Aktivitas di pabrik-pabrik yang melibatkan banyak orang dan pertemuan tatap muka pun akhirnya harus terhambat.
Melansir laman kemenperin.go.id, Jumat (25/10/2021), Direktur Jenderal (Dirjen) Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Dody Widodo menyebutkan, industri manufaktur juga mengalami beragam tantangan di masa pandemi.
Tantangan tersebut, antara lain, adalah kenaikan harga bahan baku dan penolong, gejolak nilai tukar rupiah, pengurangan pegawai, penurunan utilitas produksi, kesulitan transportasi publik, kenaikan biaya pengapalan, serta pembatasan operasional.
Baca juga: Indeks Manufaktur Melonjak di 52,2, Kemenkeu: Bukti Industri Kembali Tumbuh Sangat Kuat
Alhasil, perusahaan juga mengurangi aktivitas pembelian dan inventaris sebagai bagian dari upaya untuk mengendalikan pengeluaran anggaran.
Pada masa pemulihan ekonomi, pemerintah berupaya untuk kembali menggairahkan sektor manufaktur. Namun, di lain sisi, pelaku usaha manufaktur pun perlu beradaptasi dengan situasi terkini dalam hal operasional.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Prioritaskan kesehatan
Adaptasi pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan operasional di pabrik memprioritaskan keamanan dan kesehatan. Dengan begitu, perusahaan manufaktur dapat tetap berproduksi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk memastikan hal tersebut adalah menjadikan pembatasan jarak antarkaryawan di area pabrik, serta penggunaan pelindung wajah dan masker sebagai standar operasional prosedur (SOP).
Baca juga: Ada Pandemi, Penggunaan Robot Kolaboratif untuk Bisnis Menguntungkan?
Contoh lain, beberapa manajer pabrik dapat mengimplementasikan penggunaan pembatas partisi di antara pekerja untuk meminimalisasi kontak. Kemudian, pembagian jadwal kerja yang menyesuaikan dengan standar maksimum jumlah pekerja dalam area produksi.
Untuk mencegah penurunan produktivitas akibat pembatasan jumlah pekerja dalam setiap proses produksi, inovasi dalam hal pemanfaatan teknologi juga perlu dilakukan.
Solusi otomatisasi
Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan bisa memanfaatkan teknologi otomatisasi.
Salah satu solusi yang memungkinkan untuk diterapkan pelaku usaha di industri manufaktur adalah memperbanyak penggunaan Collaborative Robot (Co-Bot) atau Robot Kolaboratif berbasis industri.
Baca juga: Apa Benar Robot Kolaboratif Gusur Pekerjaan Manusia?
Perlu diketahui, Co-Bot tidak menggantikan peran manusia. Robot ini dapat berkolaborasi dengan pekerja untuk memastikan produktivitas.
Inovasi teknologi seperti itu ditawarkan oleh Mitsubishi Electric melalui MELFA ASSISTA. Terlebih, Co-Bot dari Mitsubishi Electric ini punya kelebihan di kelasnya.
MELFA ASSISTA dapat dengan cepat digunakan, aman dalam berinteraksi dengan manusia, dan sangat fleksibel sehingga dapat dengan cepat dan mudah dilatih untuk melakukan berbagai tugas. Oleh karenanya, anda tidak perlu harus memiliki keahlian robotika yang luas.
Dengan menerapkan inovasi teknologi semacam itu, pelaku industri juga dapat menghemat biaya operasional.
Baca juga: Ekonomi Kuartal III Melambat, Menperin: Sektor Manufaktur Masih On The Track
Sebagai informasi, robot kolaboratif MELFA ASSISTA dibekali peranti lunak dengan teknologi artificial intelligence (AI) e-F@ctory Alliance Realtime Robotics. Dengan teknologi ini, maka dapat mengurangi beban pemrograman lebih jauh dan dapat beradaptasi secara langsung sehingga robot dapat diarahkan secara dinamis di sekitar rintangan seperti manusia, robot lain, dan lainnya.
Industrial Internet of Things (IoT) Evangelist of Factory Automations Systems Group Mitsubishi Electric Corporation Hajime Sugiyama mengatakan, dengan menggunakan robot kolaboratif MELFA ASSISTA sebagai salah satu solusi, pelaku industri manufaktur dapat mengatasi berbagai tantangan.
Namun, menurut Sugiyama, satu solusi saja mungkin belum cukup untuk mengatasi tantangan manufaktur di era new normal. Ia mengambil contoh soal perawatan dan monitoring perangkat yang digunakan dalam proses produksi.
Saat ini, solusi remote access dapat digunakan perusahaan manufaktur dalam hal pemeliharaan mesin produksi.
Baca juga: PMI Manufaktur RI Melejit Lampaui China dan Jepang
Solusi akses jarak jauh yang paling mudah dan cepat untuk diimplementasikan, lanjut Sugiyama, adalah menghubungkan perangkat Human Machine Interface (HMI) yang berada di lini produksi langsung ke tampilan layar monitor data.
Selain itu, monitoring bisa juga dilakukan dengan mengakses data melalui perangkat wireless dengan memanfaatkan edge controllers.
Makna “new normal” bagi industri manufaktur
Sugiyama meringkasnya bahwa, pendekatan solusi praktis adalah hal yang sangat penting. Terkadang, jawaban dari solusi tersebut hanya dengan menggunakan layar partisi. Bahkan, ada pula jawaban lain yang mungkin benar adalah dengan penggunaan Co-Bot.
Namun, hal utama yang harus diperhatikan adalah fleksibilitas, skalabilitas, dan hasil yang ingin dicapai.
Baca juga: Apa Itu Perusahaan Manufaktur: Pengertian, Sistem Kerja, dan Contohnya
“Jadi, dimaksud dengan norma baru (new normal) adalah untuk mengingatkan seluruh pihak dalam mengidentifikasikan hal penting apa yang sebenarnya dibutuhkan terlebih dahulu," kata Sugiyama.
Dari Tantangan hingga Solusi, Begini Cara Adaptasi Industri Manufaktur di Era New Normal - Kompas.com - Kompas.com
Read More
No comments:
Post a Comment