KOMPAS.com - Mantan Juru Bicara Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Wimar Witoelar meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta pada Rabu (19/5/2021) sekitar pukul 09.00 WIB.
Diberitakan Kompas.com, 19 Mei 2021, kabar duka itu disampaikan Direktur Utama Biro Konsultan InterMatrix Communication (IMX), Erna Indriana, melalui pesan singkat.
IMX merupakan salah satu perusahaan yang didirikan Wimar.
"Kami memberitahukan bahwa Wimar Witoelar telah wafat pada hari ini, Rabu 19 Mei 2021 pukul 09.00 WIB di RS Pondok Indah Jakarta," ujar Erna.
Baca juga: Meninggal Dunia, Berikut Profil Wimar Witoelar
Sebelumnya diberitakan, Wimar sempat kritis di RS Pondok Indah sejak Rabu (13/5/2021).
Ia mengalami sepsis atau komplikasi akibat infeksi yang menyebabkan tekanan darah turun drastis serta kerusakan pada banyak organ.
Terima kasih telah membaca Kompas.com.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Mengutip Harian Kompas, Wimar lahir di Padalarang, Jawa Barat, 14 Juli 1945. Sebelum menjadi jubir Presiden ke-4 RI, dia merupakan aktivis hingga pegiat media.
Wimar bersekolah di SMA Kanisius, Jakarta, kemudian melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Baca juga: Mengenang Pengusaha Nyentrik Bob Sadino dan Perjalanan Hidupnya...
Di ITB, Wilmar merupakan Ketua Dewan Mahasiswa ITB.
Selain kuliah di dalam negeri, Wimar juga menuntut ilmu di luar negeri. Wimar merupakan alumnus George Washington University AS.
Beberapa jabatan pernah dilekatkan padanya, mulai dari Presiden Direktur PT Inter Property, pimpinan PT Caksuraga Nusantara Media-CNM dan PT Inter Sinolair Knight, Presiden Direktur PT InterMatrix Bina Indonesia, Ketua Badan Tim Nasional (BTN) PB Pelti (Persatuan Lawn Tenis Indonesia) pada 1996, dan jubir presiden.
Baca juga: Mengenang Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Bangsa
"Pak Sarwono memang meminta saya masuk ke PB Pelti terutama menangani masalah manajemen di sana yang ternyata sangat rumit. Saya merasa ini tantangan, dan saya menerimanya," kata Wimar, sebagaimana dikutip Harian Kompas, 14 April 1996.
Dengan demikian, Wimar untuk pertama kalinya dalam hidup memiliki sebuah jabatan sosial resmi. Namun Wimar mengajukan surat pengunduran diri pada 22 April 1997.
Istrinya bernama Suvatchara, seorang wanita berdarah Thailand yang menjadi dokter ahli syaraf.
Baca juga: Mengenang Albert Einstein dan Perjalanan Hidupnya...
Kiprahnya mencerdaskan bangsa lewat TV
Harian Kompas, 19 Maret 1995, memberitakan Wimar menjadi seorang pemandu acara sekaligus pencetus ide dan perancang acara Perspektif di salah satu saluran TV swasta.
Acara yang berformat talkshow atau wawancara itu tayang setiap Sabtu pukul 18.00 WIB. Dia memulainya pada 1994.
Saat itu dia menjabat sebagai Presiden Direktur PT InterMatrix Bina Indonesia.
Awal mula pembuatan program tersebut karena ia mengalami kegundahan.
Baca juga: Mengenang 23 Tahun Kepergian Kasino Warkop...
Saat itu Wimar melihat pembicaraan-pembicaraan dalam forum publik (televisi, radio, koran, atau majalah) sering rancu dan berbelit-belit.
Sebuah persoalan menjadi makin kabur dari hari ke hari. Padahal, kata Wimar, di masyarakat muncul perbincangan yang berkualitas tinggi.
"Kenapa di televisi, radio, koran, dan sebagainya, mereka tidak bisa bicara lugas, jernih, jujur, dan cerdas. Saya ingin mengajak masyarakat berkomunikasi dengan lugas, jernih, jujur, dengan pikiran cerdas," ungkap Wilmar.
Baca juga: Mengenang Soe Hok Gie, Aktivis yang Meninggal di Puncak Semeru karena Keracunan Gas
Dengan gayanya yang khas, Wimar melemparkan pertanyaan yang kadang terkesan "konyol", tapi justru ampuh untuk memancing keluarnya spontanitas khas sang tamu.
Menurutnya, spontanitas menyegarkan dialog dan membuat tayangan hidup, tidak sekedar rangkaian pertanyaan dan jawaban tanpa jiwa.
Wimar berupaya menciptakan dialog yang berjiwa, antara lain dengan meniadakan daftar pertanyaan. Tanpa daftar pertanyaan Wimar yakin semuanya akan muncul secara alamiah.
Baca juga: Mengenang Pelawak Basuki, Pemeran Mas Karyo di Sinetron Si Doel Anak Sekolahan...
Dunia televisi
Salah satu pejabat yang pernah dia wawancarai adalah mantan Menlu AS Henry Kissinger.
Hasil wawancara itu dikutip oleh beberapa media massa, dan Henry Kissinger pun terkesan dengan hasil wawancara itu.
Komentar yang terlontar dari Kissinger, pertanyaan-pertanyaan Wimar sangat tajam. Kissinger yakin Wimar punya pengetahuan yang luas tentang AS dan dirinya.
Dia suka menonton Larry King Show. Wimar telah lama masuk dunia pertelevisian, yaitu sejak menuntut pendidikan di Amerika Serikat.
Baca juga: Meninggal Dunia, Berikut Sepak Terjang Penyiar Legendaris AS Larry King
Di AS, dia sering menyapa pemirsa Indonesia lewat layar TVRI dengan paket tayangan Laporan dari Amerika yang berdurasi 20 menit. Hal itu berlangsung mulai 1971-1975.
Acara Perspektif dibukukan oleh Wimar. Dikutip Harian Kompas, 19 Agustus 1995, dua buah bukunya yang membedah talkshow Perspektif diluncurkan.
Di sana diketahui bahwa perjalanan Wimar membesarkan programnya tidak selalu berjalan mulus.
Baca juga: Profil Larry King, Legenda Penyiar Televisi AS
Setidaknya ada dua tayangan yang dicekal sehingga tidak bisa ditayangkan, yakni wawancaranya dengan Abdurrahman Wahid (saat itu masih menjadi kiai kontroversial) dan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Benyamin Mangkudilaga.
"Saya orang masyarakat, tapi karena terlibat bisnis jadi seperti jauh dari masyarakat. Saya ini orang frustrasi. Dulu jadi Ketua Dewan Mahasiswa, tapi sekarang kok begini-begini saja. Setiap hari gemes lihat keadaan. Kalau bergerak seperti zaman dewan dulu tidak mungkin lagi, pernah ditahan satu bulan dan saya kapok, rupanya saya tidak kuat ditahan. Tidak zamannya saya bergerak model itu, tapi insting kemasyarakatan saya tidak bisa hilang," ungkap Wimar.
Wimar muncul di Apel Akbar Reformasi pada 6 Juni 1998 setelah dia mundur dari jabatannya yakni ketua BTN PB Pelti.
Baca juga: Mengenang 33 Tahun Gombloh dan Perjalanan Hidupnya...
Tokoh reformasi
Diberitakan Harian Kompas, 10 Juni 1998, si "kribo" Wimar muncul di Apel Akbar Reformasi di Lapangan Gasibu Bandung sebagai orator terakhir.
"Waduh, saya jangan dielu-elukan sebagai tokoh reformasi. Saya mah orang biasa saja, pemain televisi," kata dia.
Dia ikut mengkritisi pemerintah seperti saat rakyat menderita akibat melambungnya harga-harga bahan pokok
"Semua harga pada naik, kecuali satu: harga diri bangsa ini...!" pekiknya.
Baca juga: Melihat Kebebasan Berekspresi dari Kasus Pengunggah Guyonan Gus Dur dan Bintang Emon...
Lalu Harian Kompas, 18 September 2000, memberitakan bahwa Presiden Abdurrahman Wahid menunjuk 5 orang untuk menjadi juru bicara secara bergantian.
Salah seorang di antaranya adalah Wimar Witoelar. Mereka bisa bicara apa saja, tetapi jangan sampai menimbulkan kemarahan masyarakat.
Masih dari Harian Kompas, 12 Oktober 2000, Wimar tak hanya menjadi juru bicara utama Presiden Abdurrahman Wahid, tetapi juga untuk Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.
Baca juga: Profil Presiden Kelima RI: Megawati Soekarnoputri
Perjalanan Hidup Wimar Witoelar, dari Aktivis hingga Jubir Presiden - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More
No comments:
Post a Comment