Waisak sebagai hari raya umat Buddha digelar untuk memperingati tiga peristiwa besar yang dinamakan Trisuci Waisak. Peristiwa tersebut adalah lahirnya Pangeran Siddharta, pencapaian Penerangan Agung sang pangeran menjadi Buddha, dan wafatnya Buddha Gautama. Perayaan ini digelar pada purnama pertama bulan Mei sesuai keputusan Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (WFB) tahun 1950.
Di Indonesia, perayaan Waisak juga mengikuti keputusan WFB dan secara nasional dipusatkan di Kompleks Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Sementara perayaannya meliputi tiga rangkaian: pengambilan air suci dan penyalaan obor, ritual pindapata, serta ditutup dengan puja bakti pada detik-detik puncak purnama.
KOMPAS/EDDY HASBY
Senin, 11 Mei 1998, sejak pukul 06.00 WIB, berlangsung kebaktian (puja bakti) di halaman Candi Borobudur, Jawa Tengah. Tampak umat Buddha yang terus mengikuti rangkaian upacara untuk menyongsong detik-detik purnamasidhi pukul 21.05-21.30 di pelataran Candi Borobudur.
KOMPAS/EDDY HASBY
Menjelang Hari Raya Waisak 2547 tahun 2003 dilakukan serangkaian upacara, di antaranya upacara pengambilan api alam di Mrapen, Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah, Selasa, 13 Mei 2003.
Selain rangkaian upacara utama tersebut, digelar pula beberapa kegiatan seperti pradaksina, pawai, serta berbagai acara seni budaya. Dan sejak beberapa tahun terakhir di puncak purnama dilakukan pelepasan lampion secara serentak.
Selain menjadi perayaan keagamaan, rangkaian Waisak juga menjadi salah satu wujud pesta budaya bangsa Indonesia yang kaya ragam. Perayaan ini tiap tahun selalu menarik perhatian tak hanya umat Buddha, tetapi juga masyarakat umum. Rangkuman dokumentasi visual yang terekam oleh para jurnalis Kompas dari tahun ke tahun menunjukkan kemeriahan perayaan Waisak.
KOMPAS/KARTONO RYADI
Dalam rangka memperingati Waisak tahun 1991 yang dilaksanakan Perwalian Umat Buddha Indonesia di Istora Senayan, Jakarta, pada Jumat, 12 Juli 1991, digelar sendratari. Karya seni ini ditata Sampan Hismanto, menceritakan perjalanan hidup Sidharta Buddha Gautama yang luhur. Sendratari dimainkan sekitar 175 orang, dilengkapi dengan 4 ekor gajah dan 12 ekor kuda.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Umat, para biksu, dan pemuka agama Buddha mengikuti penyalaan lampion setelah menjalani ritual detik-detik menyambut Waisak di Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (15/5) dini hari.
Namun, adanya pandemi setahun terakhir membuat perayaan Waisak juga harus menyesuaikan. Pembatasan kegiatan untuk mengantisipasi pandemi membuat perayaan Waisak kini dilakukan terbatas di ruang-ruang ibadah dengan protokol kesehatan.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Anggota Sangha melintasi patung Buddha saat akan menuju Wihara Mahavira untuk berdoa dalam rangka perayaan Waisak di Marina, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (7/5/2020). Perayaan Waisak saat itu dirayakan dengan tidak menghadirkan umat Buddha untuk berdoa bersama.
Berikut ini beberapa rangkuman visual perayaan Waisak dari tahun ke tahun. Semoga pandemi segera berakhir dan pesta seni budaya bisa kembali digelar saat Waisak yang akan datang.
KOMPAS/SINDHUNATA
Untuk merayakan hari suci Waisak, umat Buddha mengadakan prosesi keagamaan dari Candi Pawon ke Candi Mendut. Prosesi keagamaan diikuti oleh seluruh umat, mulai dari para biku, pendeta, upasaka, hingga umat biasa. Untuk meramaikannya, arak-arakan juga disertai kumpulan kuda kepang, barongan, dan kesenian daerah lainnya. Panjang arak-arakan ini lebih kurang 2 kilometer pada 25 Mei 1978.
KOMPAS/SINDHUNATA
Setelah berarak cukup jauh, biku-biku ini tampaknya haus. Di tengah hujan lebat menjelang hari Waisak, sambil berpayung, para biku sempat minum teh pada 29 Mei 1978.
KOMPAS/JULIUS POURWANTO
Umat Buddha yang menghadiri Hari Raya Waisak 2531 di Candi Borobudur menyaksikan penyerahan patung Buddha dari Sanghatheravada Indonesia kepada Dubes Kerajaan Muangthai di Indonesia. Patung yang terbuat dari batu granit itu akan diboyong ke Muangthai sebagai hadiah ulang tahun ke-60 Raja Muangthai. Foto diambil 13 Mei 1987.
KOMPAS/ARBAIN RAMBEY
Kesibukan para biksu pada acara peringatan Hari Trisuci Waisak 2547 di Candi Borobudur, Magelang, Jateng, 16 Mei 2003. Peringatan Waisak kali ini ditandai dengan penanaman pohon bodhi dari Nepal, tempat Sidharta Gautama duduk bermeditasi hingga mencapai pencerahan agung.
KOMPAS/JULIUS POURWANTO
Peringatan Hari Raya Waisak 2531 di Candi Mendut, 12 Mei 1987.
KOMPAS/DON SABDONO
Menyambut Hari Raya Waisak, Majelis Agama Buddha Nichiren Shoshu Indonesia (NSI) Jakarta pada Jumat, 13 Mei 1983, menyelenggarakan kegiatan sosial berupa donor darah serta karya bakti kebersihan.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Para biksu mengambil air suci dalam rangkaian Tri Suci Waisak di Umbul Jumprit, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (31/5).
KOMPAS/JB SURATNO
Presiden Soeharto dan Ny Tien Soeharto serta Wakil Presiden Try Sutrisno dan Ny Tuty Try Sutrisno hari Selasa (12/7/1994) malam menghadiri perayaan Dharmasanti Waisak Nasional 2538/1994 di Jakarta Hilton Convention Center, Senayan. Ketua Umum Walubi Bikku Girirakkhito Mahathera (kiri) menyerahkan suvenir kepada Kepala Negara dan Ny Tien Soeharto, disaksikan Wapres Try Sutrisno dan Menteri Agama Tarmizi Taher.
KOMPAS/JIMMY WP
Puluhan ribu umat Buddha, Kamis (6/5/1993) siang, melaksanakan upacara Puja Bhakti, satu bagian dari rangkaian upacara peringatan Tri Suci Waisak Nasional 2537/1993, yang dilaksanakan di halaman Candi Mendut, Magelang, Jawa Tengah.
KOMPAS/JULIAN SIHOMBING
Sekitar 15.000 umat Buddha hari Sabtu (16/5/1992) malam melaksanakan puncak peringatan Hari Raya Tri Suci Waisak, yaitu peringatan saat kelahiran, pencapaian penerangan sempurna, dan mangkatnya Sang Buddha Gautama.
KOMPAS/EDDY HASBY
Gajah bermakna religius amat tinggi dalam agama Buddha sehingga ia ditampilkan dalam prosesi panjang dari pelataran Candi Mendut menuju Candi Borobudur dalam peringatan Trisuci Waisak hari Selasa (28/5/1991). Gajah jantan bernama Barry pada prosesi itu dipercaya membawa relik, sedangkan gajah betina Zella ditugasi mengusung tiruan stupa terbuat dari rotan.
KOMPAS/JULIAN SIHOMBING
Sekitar 15.000 umat Buddha, pertengahan Mei 1992 malam, melaksanakan puncak peringatan Hari Raya Tri Suci Waisak, yaitu peringatan saat kelahiran, pencapaian penerangan sempurna, dan mangkatnya Sang Buddha Gautama.
KOMPAS/AR BUDIDARMA
Peringatan Tri Suci Waisak 1995 di Candi Mendut.
KOMPAS/EDDY HASBY
Biku dan samanera anggota Majelis Umat Buddha Theravada Indonesia melakukan Pindapata atau berdana kepada biku di sepanjang Jalan Pemuda, Magelang, Jawa Tengah, 23 Mei 2005. Prosesi ini salah satu rangkaian acara menyambut Hari Raya Waisak 2005.
KOMPAS/ALIF ICHWAN
Presiden Abdurrahman Wahid menghadiri peringatan Waisak bersama 2545/2001 di Istora Senayan, Jakarta, Senin (7/5/2001).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Sejumlah biksu dan umat Buddha berdoa bersama saat perayaan detik-detik Waisak di sekitar Arupadhatu, puncak Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, 28 Mei 2010.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Umat Buddha melepaskan balon udara sebagai lambang permohonan kepada Tuhan dalam rangkaian perayaan Waisak di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, malam hari di awal Juni 2007. Pertunjukan ini menjadi rangkaian perayaan Waisak yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Bhante Nyanagupta memimpin rangkaian ibadah puncak peringatan Hari Raya Tri Suci Waisak dari Ruang Dhammasala di Wihara Dhanagun, Bogor, yang disiarkan secara langsung lewat sejumlah media sosial, Kamis (7/5/2020). Ibadah secara daring ini dilakukan untuk menghindari penularan Covid-19. Ibadah ini mengambil tema ”Mawas Diri dan Toleransi Jaga Keharmonisan Bangsa”.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Sebuah keluarga mengikuti ritual doa yang dipimpin biksu saat perayaan Waisak di Wihara Mahavira, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (7/5/2020). Ritual doa dalam perayaan Waisak ini dilakukan secara terbatas dan bergilir.
Adblock test (Why?)
Rekaman Visual Perayaan Waisak dari Dulu hingga Pandemi - kompas.id
Read More
No comments:
Post a Comment