Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menilai permasalahan perihal vaksin Covid-19 telah bergeser dari isu kesehatan menjadi isu geopolitik. Demikian dipaparkan BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin, dalam Inspirational Talk 'How To Make Friends With Your Enemy' yang disiarkan kanal Youtube Syamsi Dhuha Foundation, Selasa (1/6/2021).
"Vaksin ini unfortunately, saya sebagai menteri kesehatan tadinya berpikir it's a scientific health issue, global scientific and global health issue. Tapi sekarang menjadi global geopolitik isu juga," ujarnya.
"Jadi karena kita dapat vaksin dari China dan China banyak ekspor, China kan memiliki leverage karena dia bisa kontrol ekspornya. Banyak negara nggak suka itu," lanjutnya.
Ia mencontohkan polemik terkait vaksin Covid-19 racikan Inggris, yaitu AstraZeneca. BGS menuturkan, produsen vaksin itu mula-mula melakukan dua hal yang unik. Pertama, vaksin itu hanya diproduksi Inggris. Kedua, dijual tanpa basis keuntungan.
"Jadi buat perusahaan farmasi yang lain kan menyebalkan. Gitu kan? Kok jualnya nggak pakai untung? Sehingga dia being cornered. Kalau dilihat itu banyak yang menjelek-jelekan AstraZeneca. Part of it mungkin ada fakta-fakta ilmiah, tapi yang lain juga nggak sempurna," kata BGS.
Eks Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara itu kemudian mencontohkan korelasi vaksinasi jemaah haji dengan jenis vaksin Covid-19. Mulanya, pemerintah Arab Saudi bilang kalau jemaah haji yang boleh masuk ke Tanah Suci hanya mereka yang sudah divaksinasi dengan jenis vaksin yang masuk emergency use listing WHO.
"Nah lulus kan ada vaksin China juga gitu, tapi vaksin China nggak dipilih. Itu berubah-ubah terus kondisinya dari pemerintah sana. Bilangnya tadinya harus lulus emergency use list, waktu itu belum ada vaksin China, begitu ada vaksin China masuk, kemudian keluar lagi aturan yang baru," ujar BGS.
"Ya kita jadi menduga-duga kan kok aturannya berubah. Mulai apakah ini gara-gara ada tekanan, karena itu kan temen dekatnya juga sama negara adidaya yang lain. Jadi komplikasinya tinggi sekali," lanjutnya.
BGS pun menyebut ada dugaan Saudi masih ragu menerima jemaah haji lantaran khawatir menjadi sentra penularan baru. Sebab, semua upacara keagamaan selalu menjadi klaster baru.
"Jadi sengaja dibuat itu supaya tidak encourage orang untuk datang. Itu pengumumannya dipepet-pepet. Saya dengar sama menteri agama kasihan sekali menteri agama karena ketidakpastiannya sampai mepet. Kalau misalnya mepetnya seminggu kemudian boleh berangkat tapi sudah disuntik AstraZeneca yang kita punya kan AstraZeneca kan tiga bulan nyuntiknya. Itu sama aja bilang nggak," kata BGS.
Lebih lanjut, eks Direktur Utama Bank Mandiri itu menuturkan, pemerintah sudah mengambil langkah pre-emptive. Semua yang calon jemaah haji sudah divaksin sejak bulan April.
"Jadi sebenarnya kalau itu dibuka kita sudah siap. Tapi mungkin pemerintah Arab Saudi punya pertimbangan lain. Tapi become very complicated geopolitical and global economic issue juga sih," ujar BGS.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq)
Blak-blakan BGS Soal Vaksin, Dari Geopolitik Hingga Isu Haji - CNBC Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment