KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor hulu migas ramai-ramai hengkang dari pengelolaan blok migas tanah air dalam kurun beberapa tahun terakhir. Yang terbaru, ConocoPhillips berencana melepas hak partisipasi alias Participating Interest (PI) yang dimiliki pada Blok Corridor.
Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Fatar Yani Abdurrahman mengungkapkan, rencana ConocoPhillips melepas hak partisipasi alias participating interest (PI) pada Blok Corridor telah disampaikan kepada SKK Migas."Secara verbal sudah disampaikan seperti itu (melepas PI)," kata Fatar kepada Kontan.co.id, Senin (31/5).
Kendati sudah menyatakan niat secara verbal namun pihak ConocoPhillips belum merinci lebih jauh alasan melepas PI di Blok Corridor. Fatar pun memastikan belum ada rencana pertemuan untuk saat ini. SKK Migas masih menanti pengajuan proposal secara resmi oleh ConocoPhillips.
Baca Juga: Alih kelola Blok Rokan ke Pertamina didukung Gubernur Riau, Pertamina sambut baik
Dikonfirmasi terpisah, Vice President Commercial and Business Development ConocoPhillips Taufik Ahmad pun enggan berkomentar lebih jauh soal kabar ini. "Sampai saat ini belum ada penjelasan tambahan selain dari apa yang disampaikan SKK Migas," kata Taufik ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (1/6).
Saat ini, ConocoPhilips tercatat sebagai kontraktor Blok Corridor dengan hak partisipasi sebesar 54%, dan Repsol Energy memiliki porsi sebesar 36%. Sementara sisanya, Pertamina menggenggam hak partisipasi sebanyak 10%.
Adapun, kontrak bagi hasil (PSC) yang ada saat ini akan berakhir pada 20 Desember 2023. Kontrak bagi hasil yang baru telah ditandatangani pada 2019 silam dimana KKKS eksisting memperoleh perpanjangan selama 20 tahun dengan PSC Gross Split.
Pada kurun 2023-2026 akan dilakukan masa transisi dimana ConocoPhillips masih akan menjadi operator. Namun setelah periode tersebut, operatorship akan berpindah ke Pertamina. Selain itu, pada PSC yang baru nantinya juga bakal terjadi perubahan besaran PI untuk tiap KKKS yakni Pertamina Hulu Energi Corridor 30%, ConocoPhillips 46% dan Repsol 24%.
Rencana hengkangnya ConocoPhillips menambah panjang daftar perusahaan migas global yang hengkang dari Indonesia. Sebelumnya, pada Juli 2020 Royal Dutch Shell Plc (Shell) berencana mundur dari Proyek Gas Abadi Blok Masela. Shell yang memegang hak partisipasi 35% pun kini masih mencari calon pengganti.
Investor migas lain yang juga berniat hengkang yakni PT Chevron Pacific Indonesia yang bakal melepas hak partisipasi di Blok Indonesia Deep Water Development (IDD).
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno bilang pencarian mitra untuk Blok Masela ditargetkan bisa rampung akhir tahun ini. "Shell memang sedang berproses untuk mencari pengganti sampai akhir tahun ini. Chevron pun demikian. Hal yang biasa dalam dunia usaha," kata Julius kepada Kontan.co.id, Selasa (1/6).
Julius menambahkan dengan proses yang masih berlangsung maka pencarian mitra menjadi urusan business to business antara perusahaan migas. Proses ini juga dinilai memang memakan waktu. Selain itu, dalam situasi ini Julius memastikan pemerintah tak bisa melakukan intervensi pada proses b to b yang sedang berlangsung.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai niatan ConocoPhillips dan investor migas lainnya untuk hengkang perlu menjadi perhatian pemerintah.
"Bagaimanapun pelaku dalam negeri seperti Pertamina memerlukan mitra. Mitra yang paling baik tentu para KKKS yang berpengalaman di Indonesia. Salah satunya seperti ConocoPhillips," kata Komaidi kepada Kontan.co.id, Selasa (1/6).
Komaidi menambahkan, dengan kondisi ini maka perlu ada introspeksi dari pemerintah mengenai penyebab perginya KKKS satu per satu dari Indonesia.
Investor hulu migas ramai-ramai hengkang dari pengelolaan blok migas tanah air - Kontan
Read More
No comments:
Post a Comment