Masyarakat di La Gomera, pulau kecil di Samudra Atlantik yang masuk wilayah Spanyol, menggunakan siulan sebagai alat komunikasi. Cara itu pernah hampir punah dan sekarang masuk kurikulum wajib di sekolah. Bagaimana warga melestarikan keunikan tersebut?
Di tebing terjal Barranco de Ávalo, sebuah jurang di Pulau Canary kecil La Gomera, dua anak berusia 12 tahun sedang mempraktikkan Silbo Gomero mereka, bahasa siulan lokal.
Selama beberapa menit yang memikat, kicauan mendayu dari mereka yang bernama Irún Castillo Perdomo dan Angel Manuel Garcia Herrera bergema di sekitar ngarai tandus dan membumbung ke udara seperti elang yang terbang.
Mereka ditemani oleh pensiunan pengajar bahasa Silbo Gomero berusia 70 tahun, Eugenio Darias, yang kakeknya dulu memiliki dan bekerja di tanah yang sama.
Dia mengatakan kepada saya bahwa percakapan siulan anak laki-laki itu mirip dengan percakapan yang mereka lakukan melalui pesan teks atau di taman bermain.
Tetapi fokusnya adalah pada enam suara pembeda yang membentuk bahasa siulan yang dilindungi di La Gomera.
Baca juga:
Berkat Darias, bahasa siualan yang pernah terancam punah itu telah menjadi mata pelajaran wajib sejak 1999 - dan hampir semua 22.000 penduduk dapat memahaminya selain bahasa ibu mereka yaitu bahasa Spanyol Canarian.
"Penting untuk memberi siswa gagasan bahwa mereka benar-benar dapat menggunakannya jika mereka perlu, seperti bahasa lain, tetapi juga bahwa itu tidak perlu untuk penggunaan sehari-hari," kata Darias, yang mempelopori program pembelajaran Silbo Gomero.
"Tujuan kami adalah agar anak-anak dapat percaya diri menggunakannya bersama-sama. Yang penting, memiliki siulan yang dilindungi dalam kurikulum wajib untuk mencegah dari kepunahan."
Bahasa siulan setidaknya terdapat di "70 tempat", menurut jurnalis siaran lokal Francisca Gonzalez Santana.
"Di Turki, misalnya, siulan dimulai 500 tahun yang lalu selama Kekaisaran Ottoman," katanya.
"Lalu kemudian menyebar ke seluruh wilayah Laut Hitam; dan di Meksiko, kita masih dapat menemukan komunikasi melalui siulan dalam bahasa Spanyol - Chinantec."
Silbo Gomero, yang merupakan salah satu bahasa siulan yang paling banyak dipelajari dan secara resmi dinyatakan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Unesco pada 2009.
Bahasa Silbo Gomero menggunakan enam suara yang dipadatkan untuk berkomunikasi.
Dua siulan pembeda menggantikan lima vokal yang diucapkan dalam bahasa Spanyol, sementara hanya empat yang menggantikan 22 konsonan.
Bunyi siulan dilakukan dengan panjang atau pendek untuk meniru kata-kata.
Terdapat beberapa metode bersiul di pulau ini, meskipun mungkin yang paling tradisional ditunjukkan oleh pematung lokal José Darías.
Patung pohon siulannya di Mirador de Igualero, terletak di sudut wilayah Vallehermoso yang menghadap ke jurang tempat Silbo Gomero paling aktif, menunjukkan bagaimana jari telunjuk harus ditekuk dan ditempatkan di dalam mulut sambil bersiul dengan telapak tangan terbuka di sampingnya untuk memperkuat suara.
Orang yang berpengalaman menggunakan metode jari yang berbeda dan sering kali dapat mengetahui siapa yang memanggil hanya dengan mendengar "aksen" siulnya- walaupun kebanyakan dari mereka akan memperkenalkan diri dan memanggil nama penerima.
Ketika pesan dipahami, mereka bersiul kembali "bueno bueno". Singkat dan sederhana memang.
Tapi, yang tidak singkat dan sederhana adalah tentang sejarah asal bahasa tersebut.
Buku-buku sejarah menunjukkan bahwa siulan itu berasal dari setidaknya tahun 1402 selama penaklukan awal Kepulauan Canaria oleh Spanyol, walaupun warisan Bahasa Silbo Gomero ini sebelumnya sering diperdebatkan.
Penelitian berbasis DNA yang diterbitkan pada tahun 2019 oleh Universitas La Laguna di Tenerife telah mencocokkan penduduk awal La Gomera, Guanches, dengan Berber (sekarang dikenal secara lokal sebagai Amazigh).
Penduduk asli ini menjelajahi wilayah Afrika Utara lebih dari 3.000 tahun yang lalu dan berkomunikasi melalui siulan.
Oleh karena itu, secara luas diyakini bahwa pemukim Spanyol di pulau itu mengadaptasi bahasa siulan penduduk awal La Gomera agar sesuai dengan bahasa ibu mereka.
Bahasa siulan di La Gomera menemukan tempatnya di Kepulauan Canaria selama tiga tahun penaklukan Spanyol.
Bahkan kemudian diikuti emigrasi warga Gomeros ke Amerika Selatan - tetapi hanya bertahan di satu pulau lain di Canaries yaitu El Hierro, di mana, menurut Santana, siulan masih sesekali digunakan di kalangan warga lanjut usia.
Silbo Gomero menyesuaikan diri dengan medan wilayah di La Gomera - yaitu jurang yang dalam - sehingga memungkinkan penduduk setempat untuk berkomunikasi dengan suara hanyut dan menusuk yang dapat menempuh jarak beberapa kilometer.
Dari atas jurang, penduduk setempat bersiul akan mengumumkan suatu acara, meminta ternak dibawa, memperingatkan bahaya yang akan datang, atau bahkan mengumumkan kematian anggota keluarga. "Ini menyelamatkan banyak pendakian," kata Darias.
Pada tahun 1950-an, bahasa Silbo Gomero begitu sering digunakan sehingga terjadi antrian para petani yang menunggu untuk mengirim instruksi melintasi lembah.
"Itu adalah medan yang sulit untuk dikerjakan - tidak ada yang mau naik turun jurang untuk menyampaikan pesan. Karena itu, begitu banyak percakapan melalui siulan terjadi pada saat yang bersamaan, dan kami harus menunggu giliran," kata Darias.
"Siualan itu seperti lalu lintas!" dia melanjutkan.
"Namun - selama tahun 1960 dan 70-an, sebagian besar lahan pertanian ditinggalkan dan banyak pekerja telah meninggalkan pulau itu. Karena Silbo Gomero sebagian besar digunakan di antara para pemilik ternak lokal, ketika mereka meninggalkan pulau, siulan juga pergi bersama mereka."
Silbo Gomero pertama kali mengalami penurunan pada tahun 1960-an, ketika kondisi ekonomi yang berkembang memaksa banyak pekerja pulau itu untuk beremigrasi ke negara-negara yang lebih makmur seperti Kuba dan Venezuela, serta Pulau Canary di Tenerife yang bertetangga.
Di tambah lagi kemajuan teknologi seperti telepon menjadi hal biasa dan mengancam bahasa siulan.
Pada 1990-an, penguasaan teknologi modern dan pengenalan jalan dan jalur baru di La Gomera menghilangkan kebutuhan dan kepraktisan Silbo Gomero, yang membuatnya hampir punah.
Di sinilah Darias melangkah untuk melindungi masa depan bahasa itu dengan memastikan generasi mendatang tidak hanya memahami siulan tetapi juga dapat menggunakannya.
"Siulan telah dipertahankan dengan lebih hati-hati di Kepulauan Canaria," kata Santana, "karena itu adalah bagian penting dari budaya kita: orografi pulau, dengan daerah pegunungan dan ngarai, dan ekonomi kita yang telah dikaitkan dengan pertanian dan ternak."
Sementara siulan sekarang jarang terdengar di luar sekolah atau program resmi lainnya, namun kadang-kadang digunakan di beberapa bagian pulau tanpa sambungan telepon.
"Saya kenal dua penggembala kambing yang masih bersiul," kata Darias.
"Mereka adalah keponakan-keponakan yang tinggal di sisi selatan pulau. Hewan ternak mereka berpindah-pindah di area tanpa jaringan seluler, dan itulah mengapa mereka perlu menggunakannya."
"Apakah Anda akan menggunakan Silbo Gomero hari ini jika ponsel Anda kehabisan baterai?" Saya bertanya.
"Tentu saja!" dia berkata. "Bagaimanapun, kami masih berkomunikasi seperti itu jika telepon tidak ada."
Bahasa siulan yang bangkit dari ancaman kepunahan di pulau kecil Samudera Atlantik, bagaimana caranya? - BBC News Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment