Jika kita mengetik kata 'Kemayoran' di mesin pencari internet, maka akan muncul penjelasan bahwa Kemayoran merupakan sebuah kecamatan di Jakarta Pusat. Lalu, lebih rinci lagi, kecamatan itu terdiri dari tiga kelurahan; Kelurahan Kemayoran, Kebon Kosong, dan Serdang.
Masih dalam mesin pencari, keyword 'Kemayoran' juga akan mengantarkan pada sederet berita terkini yang menyangkut kawasan tersebut.
Jika mendatangi langsung lokasinya, kita bisa melihat pemukiman warga, gedung pameran, museum sampai sederet wisata kuliner.
Bagaimana jadinya jika kita pergi ke Kemayoran ratusan tahun yang lalu?
Sejarawan Betawi, Yahya Andi Saputra Sahibul mengatakan jika kita mendatangi Kemayoran pada masa penjajahan, mungkin akan melihat banyak lahan kosong, yang didominasi oleh sawah dan kebun. Ada pemukiman warga, namun hanya ada beberapa.
Kemayoran baru mulai "modern" sejak para mayor Belanda banyak yang tinggal di sana. Mayor yang paling terkenal di sini ialah Isaac de l'Ostale de Saint Martin.
Berdasarkan informasi dari berbagai literatur yang dihimpun Yahya, Isaac berasal dari Perancis. Namun, dia bergabung dengan kongsi dagang Belanda (VOC).
Isaac, kata Yahya, banyak ikut perang, salah satunya di Banten. Isaak juga terlibat dalam suksesi penaklukan Banten. Penaklukan itu diawali dengan politik adu domba VOC.
VOC menghasut Sultan Haji untuk merebut kekuasaan dari ayahnya sendiri, Sultan Ageng Tirtayasa pada 1968. Dalam upaya perebutan itu, Sultan haji dibantu oleh VOC. Salah satu mayor yang diturunkan adalah Isaac.
Pada 1981, Isaac berhasil membantu Sultan Haji untuk menggulingkan Sultan Ageng Tirtayasa. Isaac kemudian dihadiahi beberapa bidang tanah yang kosong di Batavia (namaawal Jakarta).
"Sebagai tanda jasa dari VOC, ia diberi sebidang tanah di Kemayoran," kata Yahya saat diwawancarai oleh CNNIndonesia.com pada Selasa (3/8).
Setelah mendapat sejumlah bidang tanah, Isaac lalu membangun rumah di di Jalan Garuda, dekat tikungan Kemayoran Gempol. Rumahnya besar dan megah pada masanya. Banyak rakyat jelata yang penasaran dan berkunjung ke kawasan itu hanya untuk melihat rumah Isaac.
Warga sekitar kemudian menyebut kawasan itu sebagai 'Mayoran'. Lalu, pelafalan tersebut berubah secara perlahan menjadi 'Kemayoran'.
Yahya menilai sejarah Kemayoran pada masa kolonial sarat dengan kepedihan. Sebab, tanah-tanah di sana dikuasai para mayor sekaligus VOC. Sampai nama pun harus menyerap dari kata 'mayor' yang merepresentasikan penaklukan tersebut.
Yahya menduga, sebelum disebut 'Kemayoran', Kawasan itu mempunyai nama sendiri. Namun, sampai saat ini, bukti tersebut belum juga ia temukan, baik dalam buku, jurnal atau literatur yang lain.
"Belum diketahui nama sebelumnya, karena memang mulai pencatatan itu oleh dinas pencatatan di masa kolonial, kemudian juga dicatat di Plakaatboek atau media-media pada masa lalu," ujarnya.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Kemayoran, Berawal dari Hunian Mayor Belanda di Indonesia
BACA HALAMAN BERIKUTNYAKemayoran, Berawal dari Hunian Mayor Belanda di Indonesia - CNN Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment