Rechercher dans ce blog

Sunday, August 8, 2021

Yang Tersisa dari Olimpiade Tokyo 2020, 5 Desain Kontroversial - Kompas.com - KOMPAS.com

JAKARTA, Kompas.com - Olimpiade Tokyo 2020 berjalan dengan sukses meskipun serangkaian kontroversi bermunculan, termasuk tuduhan plagiarisme dan greenwashing.

Dilansir dari Deezen, Minggu (08/08/2021), berikut adalah lima skandal arsitektur dan desain yang sempat mengancam perhelatan akbar multi event ini:

1. Stadion Olimpiade Zaha Hadid Tergores

Kontroversi terbesar menjelang pertandingan adalah perekrutan dan pemecatan arsitek kaliber internasional, Zaha Hadid sebagai arsitek stadion Olimpiade.

Hadid memenangkan kompetisi merancang stadion pada tahun 2012. Namun, desain yang diusulkan dikritik oleh sekelompok arsitek Jepang terkemuka termasuk Fumihiko Maki, Toyo Ito, Sou Fujimoto dan Kengo Kuma karena skalanya.

Baca juga: Arsitek Jepang Protes Stadion Olimpiade Karya Zaha Hadid

Hadid menggambarkan para arsitek itu sebagai "orang munafik".

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email

“Mereka tidak ingin orang asing membangun di Tokyo untuk stadion nasional. Di sisi lain, mereka semua memiliki pekerjaan di luar negeri," ujar mendiang.

Menyusul kritik dan pemotongan anggaran, Zaha Hadid Architects mengajukan proposal untuk rancangan stadion yang mengalami revisi pada 2014.

Terlepas dari desain ulang, stadion kontroversial itu dibatalkan pada tahun 2015.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyatakan bahwa ia telah mendengarkan "suara rakyat" dan memutuskan untuk "memulai dari nol" dengan rancangan baru.

Sebuah kompetisi baru kemudian diluncurkan dengan desain oleh Kuma dan Ito, yang sama-sama kritis terhadap stadion asli Hadid yang dipilih sebagai dua finalis. Akhirnya, desain Kuma terpilih sebagai pemenang.

2. Klaim plagiarisme logo Olimpiade

Logo Olimpiade Tokyohttps://www.levif.be/ Logo Olimpiade Tokyo
Logo asli Olimpiade dan Paralimpiade 2020 juga terbukti kontroversial dan, seperti stadion, akhirnya dibatalkan.

Desain oleh desainer grafis Jepang Kenjiro Sano diresmikan oleh penyelenggara acara pada tahun 2015.

Namun, karya desain ini dengan cepat dianggap sebagai skandal setelah desainer Belgia Olivier Debie menuduh Sano menyalin logonya untuk Théâtre de Liège.

Meskipun Sano bersikeras "sama sekali tidak ada kebenaran" dalam klaim tersebut, tuduhan plagiarisme dan gugatan menyebabkan penyelenggara menarik desain tersebut.

Sebuah kompetisi publik diluncurkan untuk mencari logo pengganti, yang dimenangkan oleh seniman Jepang Asao Tokolo dengan sepasang desain papan catur.

3. Kengo Kuma dituduh plagiat

Menyusul kemenangannya dalam kompetisi menggantikan stadion kontroversial milik Hadid, Kuma dituduh menjiplak desain aslinya.

Menurut Hadid, stadion baru itu memiliki "kesamaan yang luar biasa" dengan proposalnya dalam bentuk dan tata letak yang serupa.

Baca juga: Olimpiade Tokyo 2020 dan Debat yang Tak Berujung...

"Faktanya, sebagian besar dari dua tahun pekerjaan desain terperinci kami dan penghematan biaya yang kami rekomendasikan telah divalidasi oleh kesamaan luar biasa dari tata letak stadion terperinci asli kami dan konfigurasi tempat duduk kami dengan desain yang diumumkan hari ini," papar Hadid.

Namun, Kuma membantah klaim tersebut. Kepada The Japan Times, dia mengatakan, "Saya percaya jika Anda melihat desain Hadid dan milik saya, Anda dapat melihat kesan bangunan yang sangat berbeda."

4. Stadion Nasional Jepang terkait dengan deforestasi

Stadion Nasional Jepang Kengo Kuma Dezeen Stadion Nasional Jepang Kengo Kuma
Kayu digunakan sebagai bahan bangunan Stadion Nasional Jepang karya Kengo Kuma yang berkapasitas 68.000 kursi.

Stadion ini dibangun untuk menjadi tuan rumah acara atletik serta upacara pembukaan dan penutupan.

Namun, pemerintah Jepang dikritik karena kayu yang digunakan merupakan kayu solid dari hutan hujan tropis dari Sarawak, Malaysia.

Sebuah petisi yang ditandatangani oleh lebih dari 140.000 orang menuntut pemerintah memikirkan kembali penggunaan kayu solid tersebut.

Mathias Rittergerott dari Rainforest Rescue mengirimkan petisi di Jerman, Olimpiade seharusnya adalah tentang 'permainan yang adil' dan 'pemuda dunia bersatu'.

Pada kenyataannya, hak asasi manusia penduduk asli Sarawak dan lingkungan terancam oleh Olimpiade.

"Penggunaan kayu tropis dari Sarawak di lokasi konstruksi Olimpiade bukanlah hal yang patut dirayakan," tambahnya.

5. Upaya keberlanjutan "greenwashing"

Olimpiade Tokyo 2020 bertujuan untuk menjadi yang paling hijau dalam sejarah dengan sejumlah inisiatif dari tempat tidur kardus daur ulang hingga podium yang terbuat dari plastik sumbangan yang dirancang untuk membantu perhelatan ini bergerak "menuju nol-karbon".

Menurut penyelenggara, ini merupakan Olimpiade pertama netral karbon dan sepenuhnya menggunakan energi terbarukan.

Namun, studi peer-review yang dilakukan oleh University of Lausanne menemukan bahwa acara Olimpiade Tokyo merupakan olimpiade berkelanjutan ketiga paling sedikit sejak 1992.

David Gogishvili, memberikan pendapatnya, bahwa sebagian besar tindakan yang telah dimasukkan dalam Olimpiade khusus ini, memberikan efek dangkal.

"Upaya yang dilakukan Komite Olimpiade Internasional adalah penting tetapi terbatas dan tidak cukup. Dari sudut pandang saya, kecuali jika mereka sangat membatasi aspek konstruksi dan ukuran keseluruhan acara, mereka akan selalu dikritik karena greenwashing," tuntas David.

Adblock test (Why?)


Yang Tersisa dari Olimpiade Tokyo 2020, 5 Desain Kontroversial - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More

No comments:

Post a Comment

Korsel Targetkan 300 Ribu Wisatawan dari Indonesia pada 2022 - Republika Online

Kunjungan wisatawan Indonesia ke Korea Selatan anjlok pada 2020 dan 2021. REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Korea Selatan (Korsel) menargetkan kun...