Rechercher dans ce blog

Thursday, September 30, 2021

4 Pelajaran dari Singapura untuk Cegah Gelombang Ketiga Covid-19 - Kompas.com - KOMPAS.com

KOMPAS.com - Kendati kasus konfirmasi positif di sudah menurun dan Indonesia bebas dari zona merah, tetapi gelombang ketiga masih menjadi ancaman Tanah Air. Meminimalisir ancaman ini, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyebutkan bahwa kita harus belajar dari lonjakan Singapura.

Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko pada pemberitaan Kompas.com (26/9/2021) mengatakan, meski kasus baru Covid-19 menurun, tetapi ancaman gelombang ketiga Covid-19 di tanah air masih tetap harus diwaspadai.

Beberapa kali lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia justru terjadi setelah melewati libur panjang, dan ini mengindikasikan adanya kemungkinan lonjakan kasus gelombang ketiga pandemi Covid-19 di Indonesia bisa terjadi di akhir tahun 2021 dan awal tahun 2022.

"Prediksi Desember (2021) - Januari (2022) itu kemungkinan puncak gelombang ketiganya,"  kata Miko dalam keterangan tertulisnya melalui Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Jumat (24/9/2021).

Baca juga: Epidemiolog: Puncak Gelombang Ketiga Covid-19 Mungkin Akhir Tahun 2021

Ancaman gelombang ketiga ini bisa terjadi karena capaian vaksinasi tidak sampai 50 persen pada Desember 2021, atau mobilitas masyarakat yang tidak dibatasi di periode libur panjang akhir tahun ini.

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B Harmadi mengatakan, dalam upaya menghindari lonjakan kasus bahkan potensi gelombang ketiga di Indonesia, maka kita perlu belajar dari lonjakan kasus di negara tetangga seperti Singapura.

Pelajaran dari Singapura

Berikut beberapa hal yang perlu diketahui dan harusnya dipelajari dari lonjakan kasus Covid-19 di Singapura.

1. Kasus kematian meningkat akibat kurang vaksinasi lansia

Sebagai informasi, Singapura merupakan negara yang penduduknya sangat disiplin terhadap protokol kesehatan dan bahkan cakupan vaksinasinya sudah mencapai 84 persen.

Namun pada kategori lanjut usia, capaiannya rendah atau bahkan belum tervaksinasi. Akibatnya tingkat kematian pada kategori ini meningkat.

Padahal, kata dia, tingkat kedisiplinan Prokes masyarakat sangat baik. Pemerintah juga menetapkan denda atau hukuman penjara bagi pelanggaran. Penduduk yang keluar rumah harus memiliki surat telah lengkap vaksin. 

Pemerintah Singapura juga mengawal dan mengawasi penduduk dengan memanfaatkan teknologi dalam upaya pengendalian penularan.

“Di Singapura, para lansia merasa aman karena tidak ke mana-mana, jadi mereka belum mau divaksin. Kematian Covid-19 di Singapura biasanya terjadi pada lansia dan yang belum divaksin,” kata Suryo Pratomo selaku Dubes Indonesia untuk Singapura.

Dengan kondisi tersebut, Suryo menegaskan bahwa vaksinasi lansia menjadi hal yang krusial dan penting untuk dilakukan sebagai antisipasi dari lonjakan kasus gelombang ketiga di tanah air.

2. Penambahan kasus harian kategori kritis akibat varian baru

Suryo menjelaskan, selain tingkat kematian pada kategori lansia meningkat di Singapura, angka kasus infeksi hariannya pun dianggap cukup mengkhawatirkan.

"Angka kasus di Singapura mencapai 2.000 kasus, ini sangat tinggi mengingat jumlah penduduk Singapura tidak besar, sehingga jumlah 1.000 kasus saja sudah dikategorikan kritis," kata Suryo dalam Dialog Produktif Semangat Selasa Forum Merdeka Barat 9 (FMB)-KPCPEN, Selasa (28/9/2021).

Pemerintah Singapura sendiri memprediksi penambahan 100 hingga 200 kasus per hari. Namun pada kenyataannya jauh lebih tinggi. 

Menurut Suryo, penambahan kasus disebabkan oleh masuknya varian baru diiringi tingkat penularan lokal yang signifikan. 

Dengan wilayah kecil padat penduduk, rumah warga Singapura cenderung sempit dan dihuni banyak orang, sehingga transmisi sangat mudah terjadi.

3. Perlu pengetatan pintu masuk

Belajar dari lonjakan kasus di Singapura, Suryo berkata, antisipasi dengan cara pengetatan pintu masuk merupakan langkah tepat untuk mencegah peningkatan kasus.

Serta didukung dengan mobilitas yang harus benar-benar dijaga agar tidak mempermudah munculnya varian baru dan meningkatkan penularan.

Senada dengan Suryo, Sonny mengatakan jika upaya pembatasan pintu masuk sangat perlu dilakukan, disertai pengawasan jalur-jalur masuk ilegal ke Indonesia dan penguatan pengamanan perbatasan.

"Meski kinerja Covid-19 di Indonesia membaik, ingat kita dikelilingi oleh negara-negara dengan lonjakan kasus,"  kata dia.

Oleh karena itu perlu terus waspada dengan cara meneruskan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), meningkatkan testing, memperbaiki tracing, terus menerapkan protokol kesehatan, pembukaan kegiatan dilakukan hati-hati dengan menggunakan PeduliLindungi, serta percepatan vaksinasi.

Baca juga: Muncul Klaster Sekolah, Ini Rencana Pemerintah dan Saran Epidemiolog

4. Tetap patuh protokol kesehatan

Seperti yang disampaikan di atas bahwa di negara Singapura yang masyarakatnya sangat disiplin protokol kesehatan saja, risiko infeksi Covid-19 masih sangat mungkin terjadi. Apalagi jika kita tidak patuh dan disiplin terhadap prokes ini.

Saat terjadi peningkatan mobilitas dan pembukaan kegiatan di ruang publik, maka upaya mengenakan masker menjadi sangat penting, karena orang akan berdekatan satu sama lain.

"Cegah virus masuk ke tubuh dengan menerapkan protokol kesehatan. Kalau virus terlanjur masuk, benteng kita adalah vaksinasi. Tingkatkan solidaritas dengan cara saling menjaga. Ingat,kita masih punya target menurunkan indikator-indikator Covid-19,"  jelas Sonny.

Adblock test (Why?)


4 Pelajaran dari Singapura untuk Cegah Gelombang Ketiga Covid-19 - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More

No comments:

Post a Comment

Korsel Targetkan 300 Ribu Wisatawan dari Indonesia pada 2022 - Republika Online

Kunjungan wisatawan Indonesia ke Korea Selatan anjlok pada 2020 dan 2021. REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Korea Selatan (Korsel) menargetkan kun...