Rasanya kini butuh waktu lebih lama untuk urusan mengisi perut, karena ada banyak tempat makan menarik yang menjual rasa, konsep, sampai sejarah.
Biasanya sebelum datang ke sebuah tempat makan, orang-orang akan melihat artikel ulasan mengenai tempat makan tersebut. Semakin tinggi ratingnya, kemungkinan semakin enak. Apalagi yang sudah pernah dicicipi oleh food blogger.
Tapi kebahagiaan tak selalu bisa dipukul rata dengan harga atau ulasan. Bagi pegiat kuliner Kevindra Prianto Soemantri misalnya, wisata kuliner di gang kecil juga memberinya kepuasan tersendiri, tak kalah dengan pengalaman makan di restoran berbintang Michelin.
Menyusuri gang kecil bagi Kevin sama dengan menyusuri kuliner Indonesia. Sebab, sejarah kuliner sendiri tak dapat dipisahkan dari gang.
Setiap gang bisa melahirkan suatu makanan yang berbeda-beda, yang kita kenal sekarang sebagai street food alias jajanan kaki lima. Inilah, kata Kevin, yang membedakan kuliner di Eropa dan Asia, terutama Indonesia.
"Kalau kita ke luar negeri, ke Eropa misalnya, hanya ada beberapa kuliner yang bisa ditemukan di dalam gang. Tapi kalau budaya Asia sangat kental sekali," kata Kevin saat diwawancara oleh CNNIndonesia.com pada beberapa waktu yang lalu.
Kevin menuturkan, kuliner yang lahir dari gang kecil awalnya biasanya dibuat untuk konsumsi komunitas sekitar, bukan disengaja agar terkenal. Sehingga umumnya makanan di gang adalah makanan khas rumahan.
Selain soal rasa, suasana wisata kuliner dari dalam gang biasanya memberikan pengalaman yang unik.
"Suasana guyubnya. Tak perlu dibandingkan dengan restoran yang ada di dalam mal, suasana guyub saat wisata kuliner di dalam gang itu lebih terasa," ungkapnya.
Pembawa acara 'Street food: Asia' episode 'Yogyakarta, Indonesia' di Netflix itu memberikan rekomendasi sederet gang yang kaya akan kulinernya. Mari mulai dari Ibu Kota Jakarta, dari yang paling umum yaitu Gang Gloria.
Gang Gloria ada di sekitar Pasar Petak Sembilan, kawasan Pecinan Glodok, Jakarta Barat. Gangnya tidak terlalu panjang, mungkin 150 meter saja tidak akan sampai. Bisa dijajal dengan jalan kaki tanpa khawatir kaki pegal-pegal.
Makanan yang paling direkomendasikan Kevin di sini adalah Kopi Es Tak Kie, Soto Betawi Afung, ayam kalasan dan Kari Lam.
"Kari Medan yang memang khas, kuahnya gulainya gulai Melayu. Bukan gulai India, ini gulai peranakan," ucapnya.
Untuk pecinta kuliner berbahan babi, juga bisa memesan makanan olahan seperti sate dan bakmi. Ada dua bakmi yang terkenal yaitu, bakmi Sasak dan Amoy.
Bergeser ke dekat Pasar Jatinegara, tepatnya di Gang Banten. Ia menyebut, tempat makan di gang itu adalah hidden gems.
Di Gang Banten ini, Kevin menemukan menu Pindang Betawi yang menurutnya terenak di Jakarta. Nama tempat makannya Warung Pojok Ibu Suro.
Menurutnya, masih banyak orang yang belum tahu menu pindang tersebut karena pengunjungnya masih warga sekitar. Padahal, rasanya sangat nikmat.
"Itu legit, pedes, manis, asem. Itu makan kuah sama nasinya mata merem melek. Gak pernah ada diekspos di mana-mana. Itu yang menurut saya harus dicoba. Itu wajib," ucap Kevin bersemangat.
Selain rasanya yang nikmat, tempat makan di gang ini juga menyenangkan. Selama makan di sana Kevin memperhatikan, pemilik tempat makan itu ramah tidak pandang bulu. Siapa pun dilayani dengan baik dengan gaya santai.
Mari pindah ke Sumatera. Kevin menyebut gang-gang kuliner di Sumatera juga tak kalah recomended. Terutama di daerah-daerah pecinan di Medan.
Ada Gang Buntu dan Bantul. Di sana ada ada Sate Memeng, menu sate yang sudah ada sejak tahun 1945. Nama sate itu diambil dari nama panggilan sang peracik awal, yaitu Muhammad Saimin alias Memeng.
Potongan dagingnya terkenal tebal dan bumbunya yang meresap rata. Rasanya sedikit manis dan ada sensasi pedas dari cabai, bawang dan merica.
Pindah ke Pulau Bali. Di sana, kata Kevin, ada Gang Arjuna. Makanan yang dapat disantap salah satunya yaitu Ayam Betutu Pak Assanur.
Saat makan di sana Kevin merasakan atmosfer kekeluargaan. Sebab, masakan itu dibuat di depan rumah pemiliknya.
"Kayak kita bertamu ke rumah dia," ucapnya.
Penulis 'Jakarta a Dining History' itu mengatakan, kuliner gang di Indonesia tak akan pernah mati meskipun ribuan tempat makan baru bermunculan. Kuliner yang populer dari dalam gang punya nilai historis sendiri.
"Kita ngomongin aspek yang legendaris ya. Ngomongin sesuatu yang udah ikonik, itu yang akan terus terjaga," ucapnya.
Artikel ini masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Berburu 'Hidden Gems' Lezat dari Dalam Gang Indonesia
BACA HALAMAN BERIKUTNYABerburu 'Hidden Gems' Lezat dari Dalam Gang Indonesia - CNN Indonesia
Read More
No comments:
Post a Comment