Rechercher dans ce blog

Saturday, September 18, 2021

Kenapa Kawah Bulan Lebih Sedikit dari yang Seharusnya? - Kompas.com - KOMPAS.com

KOMPAS.com - Selama 4,5 miliar tahun sejarahnya, Bulan mengalami masa sulit dengan banyaknya serangan asteroid. Namun, serangan-serangan asteroid ini ternyata hanya meninggalkan lebih sedikit kawah di Bulan.

Studi baru mengungkapkan bahwa dampak tertua di Bulan, setidaknya telah meninggalkan jejak yang hampir tidak terlihat karena menghantam permukaan yang lebih lembut.

Lautan magma global yang menutupi Bulan di masa mudanya sebelum mendingin dan memadat.

Sejarah Bulan mencatat bahwa serangan asteroid yang bertubi-tubi ternyata relatif lunak, sehingga hampir tidak meninggalkan jejak permanen di Bulan.

Setidaknya ini dapat menjelaskan kenapa kawah Bulan seperti yang terlihat saat ini tidak sesuai dengan apa yang menurut ilmuwan, yang mestinya pada satu miliar tahun pertama, ada banyak kawah yang terbentuk.

Baca juga: Jauh dari Perkiraan, Ternyata Ada Lebih dari 100.000 Kawah di Bulan

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email

"Kawah tumbukan besar ini, sering disebut sebagai cekungan tumbukan, terbentuk selama pemadatan lautan magma Bulan lebih dari empat miliar tahun yang lalu, seharusnya menghasilkan kawah yang tampak berbeda, dibandingkan dengan yang terbentuk kemudian dalam sejarah geologi," kata ilmuwan planet Katarina Miljkovic dari Curtin University di Australia.

Dilansir dari Science Alert, Sabtu (18/9/2021), gagasan tentang samudra magma global di Bulan sama sekali bukan hal baru, tetapi penelitian ini menggali lebih dalam potensi garis waktu magma dan hantaman asteroid.

Para peneliti mengatakan bahwa mereka memiliki petunjuk tentang apa yang terjadi di Bulan sejak satelit Bumi ini terbentuk.

Petunjuk terbentuknya kawah di Bulan itu berasal dari pemodelan Tata Surya hingga bukti guncangan benturan pada bebatuan yang sebenarnya telah ditemukan di permukaan Bulan oleh astronot Apollo.

Baca juga: Tumbukan Meteorit Seukuran Bola Tenis Ciptakan Kawah 15 Meter di Bulan

Salah satu penampakan cekungan kawah yang ada di permukaan Bulan, yang diduga terbentuk dari dampak meteorit raksasa.NASA/GSFC/Arizona State University Salah satu penampakan cekungan kawah yang ada di permukaan Bulan, yang diduga terbentuk dari dampak meteorit raksasa.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa danau magma yang mendidih bisa bertahan selama 200 juta tahun.

Sementara penelitian terbaru ini menunjukkan bagaimana hal itu sesuai dengan tanggal yang disarankan untuk pemboman awal asteroid besar.

"Kerangka waktu untuk pemadatan lautan magma bulan bervariasi secara signifikan antara studi yang berbeda, tetapi bisa saja cukup lama untuk mengalami beberapa sejarah pemboman dampak besar yang khas untuk periode awal evolusi Tata Surya," kata Miljkovic.

Lebih lanjut Miljkovic menjelaskan bahwa saat Bulan menua dan permukaannya mendingin, itu menjadi lebih keras, dan jejak pengeboman jauh lebih terlihat dengan penginderaan jauh.

Baca juga: NASA Paparkan Tujuan Misi Astronot Artemis III ke Bulan 2024

Temuan ini semua sangat penting dalam menentukan bagaimana Tata Surya menjadi seperti ini.

Selanjutnya, dari situ, ada lebih banyak pembelajaran tentang bagaimana planet sebenarnya terbentuk dan berapa lama mereka tinggal dalam keadaan tertentu.

Karena kita begitu dekat dengan Bulan, apa pun yang terjadi padanya akan memiliki beberapa efek di Bumi juga, sehingga memberi kita pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana planet Bumi dan kehidupan di dalamnya terbentuk.

"Menerjemahkan temuan ini akan membantu penelitian masa depan memahami dampak yang mungkin dialami Bumi awal dan bagaimana hal itu akan memengaruhi evolusi planet kita," kata Miljkovic.

Penelitian kawah Bulan ini telah dipublikasikan di Nature Communications.

Baca juga: Fenomena Bulan Biru di Langit Indonesia, Catat Tanggalnya

Adblock test (Why?)


Kenapa Kawah Bulan Lebih Sedikit dari yang Seharusnya? - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More

No comments:

Post a Comment

Korsel Targetkan 300 Ribu Wisatawan dari Indonesia pada 2022 - Republika Online

Kunjungan wisatawan Indonesia ke Korea Selatan anjlok pada 2020 dan 2021. REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Korea Selatan (Korsel) menargetkan kun...