Rechercher dans ce blog

Saturday, September 11, 2021

Perang dan Stigma Muslim, Warisan Gelap AS dari Teror 9/11 - CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia --

Dua puluh tahun sudah serangan teror 11 September 2001 berlalu. Serangan teror yang dilakukan Al-Qaeda itu merupakan yang paling mematikan di tanah Amerika Serikat dalam dua abad terakhir.

Hampir 3.000 orang tewas dalam teror yang terjadi di tiga lokasi di AS tersebut.

Sejumlah pengamat menganggap teror 9/11 menjadi titik balik yang berdampak besar pada kebijakan luar negeri AS hingga hari ini.


Kurang dari sebulan setelah teror 9/11 terjadi, AS mendeklarasikan Perang Global Melawan Terorisme.

"Pilihannya hanya antara Anda bersama kami, atau Anda bersama teroris," kata presiden AS saat itu, George W Bush, mengultimatum seluruh negara di dunia.

Menurut Richard Haass, seorang diplomat veteran sekaligus presiden lembaga think thank Council on Foreign Relations, propaganda Bush tersebut sangat mempengaruhi apa yang dilakukan AS di dunia dan bagaimana dunia memandang AS.

Kisah di mulai dari Afghanistan. AS saat itu memberi ultimatum kepada rezim Taliban yang tengah berkuasa di Afghanistan: menyerahkan Osama Bin Laden dan bertanggung jawab atas serangan 9/11 atau rezim mereka terancam.

Karena Taliban menolak, tak lama setelah serangan 9/11, AS meluncurkan invasi ke Afghanistan dengan dalih memburu Al-Qaeda terutama pemimpinnya, Osama Bin Laden, sebagai dalang utama teror.

Namun dalam perjalan, AS pun turut berkolaborasi dengan milisi lokal Afghanistan untuk menggulingkan Taliban dari pucuk pemerintahan. Sejak Taliban terguling, AS membantu Afghanistan membentuk pemerintahan baru dan berupaya menanamkan demokrasi dan pembangunan di sana.

Hal itu membuat misi invasi di Afghanistan banyak bergeser dari tujuan awal dan membuat AS terseret ke dalam perang terpanjang dalam sejarahnya.

Nahasnya, usai 20 tahun menginvasi Afghanistan, AS harus menelan pil pahit kenyataan lantaran negara itu kembali ke tangan rezim Taliban dua pekan sebelum Negeri Paman Sam resmi mengakhiri pendudukannya di sana.

Selama dua dekade pula, AS menggelontorkan dana US$2 triliun lebih untuk Afghanistan, belum lagi taruhan ribuan nyawa para personel dan warganya selama invasi berlangsung.

Perang Global Melawan Terorisme turut membuat AS melancarkan perang di Irak. Pemerintahan Bush saat itu mengklaim tujuan invasi adalah untuk "menggulingkan rezim pemerintah Saddam Hussein yang mengembangkan senjata pemusnah massal, mendukung terorisme, dan melakukan pelanggaran hak asasi manusia."

"Nyatanya, tidak pernah ada bukti Irak memiliki senjata pemusnah massal saat itu," kata Haass.

Invasi AS itu pun memicu banyak pertanyaan apakah Presiden Bush akan memulai perang di Iraq jika bukan karena teror 9/11.

Sebab, pada kenyataannya, setelah Saddam Hussein lengser, AS pun membantu pembentukan pemerintahan baru Irak dan menyebarkan paham demokrasi di negara tersebut, bahkan Timur Tengah dengan asumsi bisa membuat kawasan itu tak lagi berisiko tinggi menjadi tempat berkembang biak teroris.

Invasi di Irak nyatanya tidak berjalan sesuai prediksi Bush dan pejabat AS lainnya. Kekalahan rezim Hussein dan keputusan mengakhiri invasi justru memperburuk situasi Irak yang sudah kacau dan memicu perang saudara di negara itu selama delapan tahun.

Meski invasi AS di Irak hanya berlangsung 26 hari, biaya yang dikeluarkan bagi Irak selama dan sesudah invasi Washington hampir setara dengan Afghanistan.

"Sejak 9/11, pejabat AS banyak bergulat dengan perdebatan tentang keangkuhan dan ambisi memperluas 'kekaisaran' Amerika. Di luar negeri, pemerintahan AS berturut-turut memikul warisan bersama dari perang yang merusak dan gagal. Di dalam negeri, sejak 11 September 2001, teror telah membatasi kebebasan sipil untuk beberapa komunitas dan perpecahan politik," kata kolumnis The Washington Post, Ishaan Tharoor.

Tharoor mengatakan mesin perang AS terus menjama berbagai kawasan di dunia sejak teror 9/11 berlangsung dan membuat Negeri Paman Sam terperosok dalam dua invasi yang "gagal" melindungi kepentingan nasional AS secara lebih luas.

Pandangan Barat terhadap Islam Pasca 9/11

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Adblock test (Why?)


Perang dan Stigma Muslim, Warisan Gelap AS dari Teror 9/11 - CNN Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Korsel Targetkan 300 Ribu Wisatawan dari Indonesia pada 2022 - Republika Online

Kunjungan wisatawan Indonesia ke Korea Selatan anjlok pada 2020 dan 2021. REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Korea Selatan (Korsel) menargetkan kun...