Rechercher dans ce blog

Thursday, September 16, 2021

Poliandri: Dapatkah perempuan di Afrika Selatan memiliki lebih dari satu suami? - BBC News Indonesia

  • Pooja Chhabria
  • BBC World Service

Muvumbi Ndzalama seen against a dark grey background with a LGBT banner running behind; a heart symbol with an illustration of a woman with two men on either side seen on the left

Ketika dia masih muda, Muvumbi Nzalama kerap mempertanyakan tradisi monogami. Dia ingat bertanya kepada orang tuanya, apakah mereka akan tetap bersama dengan satu pasangan saja seumur hidup.

"Saya merasa, orang-orang berada dalam kehidupan kita secara musiman," Muvumbi berkata kepada BBC.

"Namun di sekeliling saya, dari film-film sampai gereja lokal, mengelu-elukan monogami. Dan saya tidak pernah bisa memahami konsep itu."

Muvumbi yang kini berusia 33 tahun mengidentifikasi dirinya sebagai poliamori dan panseksual. Dia adalah seorang aktivis, yang berusaha membuat ruang aman bagi orang-orang non-monogami di Afrika Selatan.

Baca juga:

"Saya memiliki partner 'jangkar' yang saat ini bertunangan dan punya anak bersama saya. Partner saya yang lain turut berbahagia untuk kami," ujarnya.

"Dia tidak ingin menikah secara resmi… Tapi di masa depan, saya membayangkan pernikahan dengan lebih dari satu orang. Dan sebagai panseksual, saya merasa tertarik kepada orang lain, tak peduli apa jenis kelaminnya."

Seorang perempuan dengan lebih dari satu suami?

Afrika Selatan memiliki salah satu konstitusi paling liberal di dunia. Pernikahan sesama jenis dan poligami untuk pria diperbolehkan dalam hukum.

Negara ini sekarang sedang mempertimbangkan untuk memperbarui aturan tentang pernikahan.

Salah satu bagiannya, adalah menanyakan pertanyaan penting tentang apakah poliandri seharusnya diperbolehkan atau tidak. Poliandri adalah ketika seorang perempuan memiliki lebih dari satu suami di saat yang sama.

Tonton juga video ini:

Untuk memutar video ini, aktifkan JavaScript atau coba di mesin pencari lain

Isu ini kemudian menjadi sasaran kritik keras dari pihak konservatif.

"Ini akan menghancurkan budaya Afrika. Bagaimana dengan anak-anak mereka? Bagaimana mereka mengetahui identitas mereka?" tanya Musa Mseleku, seorang pebisnis dan tokoh publik, yang memiliki empat orang istri.

"Perempuan tidak bisa mengambil peran pria. Ini belum pernah terjadi. Apakah perempuan yang akan membayar loloba [mahar] untuk para pria? Apakah pria diharapkan menggunakan nama keluarga si perempuan?

Members of the South African Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender and Intersex (LGBTI) community chant slogans as they take part in the annual Gay Pride Parade, as part of the three-day Durban Pride Festival, on June 24, 2017 in Durban.

Sumber gambar, Getty Images

Beberapa tokoh lain, seperti pimpinan partai oposisi Partai Demokrat Kristen Afrika (ACDP), Pendeta Kenneth Meshoe, berkata aturan poliandri akan "menghancurkan masyarakat".

"Akan ada masanya seorang pria akan berkata, 'Kau menghabiskan lebih banyak waktu dengan pria itu dan bukan denganku' — lalu akan ada konflik antara kedua pria tersebut," imbuhnya.

'Kepercayaan masyarakat goyah'

Muvumbi menyadari, ini adalah momen penting bagi perempuan yang berada dalam hubungan poliamori.

"Situasi sangat tegang sekarang — banyak orang merasa kepercayaan mereka sedang digoncang," ujar dia.

"Kaum pria selama ini sangat terbuka dan bahagia dengan hubungan poligami dan poliamori selama bergenerasi-generasi, tapi sekarang perempuan dipermalukan karenanya, dan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi."

Baca juga:

Muvumbi secara terbuka mengakui statusnya sebagai poliamori, atau masyarakat menyebutnya "poly", selama lebih dari sepuluh tahun sekarang.

Menjadi seorang poly sederhananya berarti Anda bisa berada dalam lebih dari satu hubungan, dengan dukungan dan kepercayaan penuh dari seberapa banyaknya partner yang Anda pilih.

Saat ini, Muvumbi memiliki dua partner pria — satu "partner jangkar" atau "anchor partner" yang bertunangan dan berbagi pendapatan dengannya, dan satu "partner senang-senang" atau "joy partner", yang memberikan kesenangan seksual atau romantis namun lebih jarang ditemuinya.

"Kami mempraktikkan [cara yang disebut] poliamori meja, yang artinya saling mengenal partner masing-masing," ujarnya.

Muvumbi seen here with her anchor partner, Mzu Nyamekela Nhlabatsi

"Kita tidak harus saling akur, tapi saya menginginkan keterbukaan ini secara kesukuan dan komunal."

Awalnya Muvumbi skeptis tentang memberitahu keluarganya, namun memutuskan untuk berterus terang sekitar lima tahun lalu ketika hubungannya dengan sang partner jangkar, Mzu Nyamekala Nhlabatsi, menguat.

"Partner jangkar saya juga seorang poly, dan saya tidak ingin salah satu keluarga saya tak sengaja bertemu dengannya di tempat umum sedang bersama partnernya yang lain dan menjadi kebingungan karenanya," kata dia.

"Saat itu, anak perempuan kami menginjak umur lima tahun, dan saya mulai melakukan gerakan aktivisme di sekitar tema ini. Saya akan muncul di televisi lokal mengkampanyekan poligami dan tidak ingin anak-anak tahu dari tempat lain."

Muvumbi menyatakan telah menerima semacam penerimaan dari mereka, namun jalannya masih panjang.

A person having a DNA test

Sumber gambar, Getty Images

Dia teringat pertunangannya baru-baru ini dengan partner jangkarnya dan bagaimana mereka melakukan lobola — tradisi di mana seorang pria membayar uang mahar bagi keluarga calon istrinya sebelum pernikahan.

"Mereka bertanya apakah mereka harus menunggu ada pria lain yang datang dan membayar mahar lagi, dan saya berkata, mungkin saja," kisah Muvumbi.

"Saya harus hidup dengan kejujuran ini, apakah mereka bisa menerimanya atau tidak."

'Berakar dari patriarki'

Para aktivis hak-hak gender di Afrika Selatan kini berkampanye agar poliandri disahkan di negaranya, dengan dasar persamaan hak dan pilihan, karena aturan memperbolehkan pria memiliki lebih dari satu istri.

Proposal mereka dimasukkan ke dalam dokumen yang dirilis pemerintah untuk menerima masukan publik. Ini adalah perubahan dalam undang-undang perkawinan setelah pemerintahan minoritas kulit putih berakhir pada 1994.

Dokumen yang sama juga meminta pemberian pengakuan hukum kepada pernikahan Muslim, Hindu, Yahudi, dan Rastafari, yang selama ini dianggap tidak sah.

South Africa, Just married sign with a heart painted on the rear window of a car.

Sumber gambar, Getty Images

Muvumbi berkata proposal ini "seperti jawaban atas doa-doa" dan kekhawatiran anak-anak tumbuh dalam kebingungan di keluarga poliandri berakar dari patriarki.

Professor Collis Machoko, akademisi terkemuka dalam topik poliandri, melihat tanda-tanda yang sama.

"Dengan kedatangan agama Kristen dan kolonialisasi, peranan perempuan dihilangkan. Mereka tidak lagi setara. Pernikahan menjadi alat untuk menetapkan hirarki."

Dia berkata, poliandri dulu pernah dipraktikkan di Kenya, Republik Demokrasi Kongo, dan Nigeria, dan sampai sekarang masih dilakukan di Gabon, di mana praktik ini sah secara hukum.

"Pertanyaan tentang anak-anak itu mudah dijawab. Anak yang lahir dari hubungan ini adalah anak-anak keluarga tersebut," imbuhnya.

'Perjuangan yang berbeda'

Muvumbi menemukan bahwa keyakinan patriarki juga mempersulit hubungan-hubungan yang pernah dia jalani sebelumnya.

Sejak itu, kata dia, lebih mudah untuk menjalin hubungan dengan sesama poly.

"Banyak pria mengatakan mereka baik-baik saja dengan saya yang poly, tapi kemudian mereka keberatan," kenangnya.

keluarga poligami

Sumber gambar, Getty Images

"Tipe poliamori saya bukannya saya mencoba memiliki sebanyak mungkin kekasih — tapi tentang mengeksplorasi koneksi yang Anda rasakan dengan seseorang."

Muvumbi bertemu dengan kedua partnernya melalui komunitas daring yang bertujuan mempertemukan orang-orang poly di Afrika Selatan.

Ketika negara ini masih memperdebatkan pengakuan legal atas poliandri, dia membangun platform online lain bernama Open Love Africa, berkolaborasi dengan partner jangkarnya.

Dia berkata, mereka lebih banyak mengkampanyekan hubungan "non-monogami yang etis".

"Komunitas ini pro-kulit hitam namun saat ini masih inklusif dan kami berharap bisa memperluas platform ini di masa depan," ujar dia.

"Ini adalah hadiah bagi orang-orang yang berbahagia dalam hubungan non-monogami — saya harap mereka menemukan komunitas dan tidak merasa harus hidup dalam kebohongan."

Dan sama seperti perjuangan yang lain, dia menekankan, akan selalu ada orang-orang yang menentangnya.

"Saat ibu saya hamil, dia berdemo supaya perempuan bisa mendapatkan alat kontrasepsi tanpa izin dari pria.

"Ada perjuangan yang berbeda saat itu, dan ada perjuangan yang berbeda untuk saya saat ini."

Pumza Fihlani berkontribusi untuk laporan ini.

Adblock test (Why?)


Poliandri: Dapatkah perempuan di Afrika Selatan memiliki lebih dari satu suami? - BBC News Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Korsel Targetkan 300 Ribu Wisatawan dari Indonesia pada 2022 - Republika Online

Kunjungan wisatawan Indonesia ke Korea Selatan anjlok pada 2020 dan 2021. REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Korea Selatan (Korsel) menargetkan kun...