CAPAIAN prestasi atlet Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020—yang baru saja usai pada Minggu (5/9/2021)—menjadi sejarah baru bagi Indonesia di paralimpiade.
Perolehan sembilan medali di Paralimpiade Tokyo 2020 adalah yang terbanyak sepanjang keikutsertaan Indonesia di paralimpiade hingga penyelenggaraan Paralimpiade 2020 pada 2021.
Indonesia mengikuti paralimpiade pertama kali pada 1976. Sejak itu, Indonesia hanya absen mengirimkan atlet pada Paralimpiade 1992, meskipun tidak di setiap keikutsertaan ada medali dapat dipersembahkan juga.
Satu atlet mempersembahkan lebih dari satu medali terjadi pada keikusertaan perdana Indonesia di paralimpiade pada 1976. Tidak hanya oleh satu atlet pula. Sejarah capaian multimedali ini baru terulang lagi pada Paralimpiade Tokyo 2020.
Sepanjang keikutsertaan di paralimpiade sejak 1976 hingga 2021, Indonesia telah mengumpulkan 27 medali.
Kisah para petarung di paralimpiade kerap kali tak sehingar bingar cerita tentang atlet olimpiade. Padahal, perjuangan dan persembahannya sama heroiknya.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Ini sepenggal catatan prestasi Indonesia di paralimpiade dari masa ke masa hingga Paralimpiade Tokyo 2020 pada 2021.
Paralimpiade Toronto 1976 - 6 medali
Paralimpiade 1976 digelar di Toronto, Kanada, pada 4-12 Agustus 1976. Indonesia mengirimkan 12 atlet laki-laki di Paralimpiade 1976, merujuk data International Paralympic Commitee (IPC).
Ajang ini diikuti 41 negara, melibatkan 1.271 atlet yaitu 1.000 atlet laki-laki dan 271 perempuan, serta menggelar 448 nomor pertandingan dari 13 cabang olahraga.
Pada Paralimpiade 1976, Indonesia mengumpulkan enam medali, yaitu dua medali emas, satu medali perak, dan tiga medali perunggu. Indonesia menempati peringkat 26 di klasemen akhir Paralimpiade 1976.
Pada Paralimpiade 1976, Itria Dini mempersembahkan dua medali, yaitu satu medali emas dan satu medali perunggu.
Itria mewakili Indonesia di cabang olahraga atletik. Medali emas dia persembahkan dari nomor lempar lembing presisi putra, sementara medali perunggu dari nomor tolak peluru.
Meski tak mempersembahkan medali, Itria juga masuk babak final di Paralimpiade 1976 di nomor lempar cakram dan lempar lembing.
Dua medali dipersembahkan pula oleh Saneng Hanafi, yaitu dua medali perunggu dari cabang atletik. Satu medali didapat dari nomor lempar lembing dan satu lagi dari nomor lempar cakram.
Saneng juga masuk babak final untuk tiga nomor lain atletik, yaitu untuk nomor lompat jauh, lompat tinggi, dan lari 100 meter.
Selain dari Saneng dan Itria, dua medali Indonesia di Paralimpiade 1976 dipersembahkan oleh Syarifuddin dan Ashari.
Syarifuddin mempersembahkan medali emas dari cabang lawn bowls kelas tunggal putra, sementara Ashari meraih medali perak untuk nomor lari 100 meter putra.
Paralimpiade Arnhem 1980 - 6 medali
Semula, Paralimpiade 1980 dijadwalkan berlangsung di Moskwa, Uni Soviet, negara sebelum bubar dan kini menjari Russia. Ajang paralimpiade pada umumnya digelar satu paket dengan olimpiade.
Uni Soviet tidak menggelar paralimpiade karena mengklaim tak ada difabel di negaranya, apalagi atlet. Negara ini baru mengikuti paralimpiade pada 1988, setelah perang dingin usai sekaligus tahun-tahun terakhir sebelum Uni Soviet bubar.
Paralimpiade 1980 akhirnya digelar di Arnhem, Belanda, pada 22 Juni - 1 Juli 1980, diikuti 1.653 atlet dari 42 negara, mempertandingkan 590 nomor pertandingan dari 13 cabang olahraga.
Indonesia pada Paralimpiade 1980 mengirimkan 15 atlet putra, menurut data IPC. Di Paralimpiade Arnheim, Indonesia meraih enam medali, yaitu dua medali emas dan empat medali perunggu. Di klasemen akhir, Indonesia menempati peringkat 27.
Medali emas Indonesia di Paralimpiade Arnheim 1980 dipersembahkan oleh RS Arlen dan Yan Soebiyanto. Arlen meraih emas dari cabang olahraga angkat besi kelas 57 kilogram putra. Adapun Yan mempersembahkan emas dari lawn bowls nomor tunggal putra.
Dua medali perunggu dipersembahkan dari nomor ganda putra cabang lawn bowls, yaitu dari pasangan Moenali dan Ismail Yamin serta pasangan RS Arlen dan Safri Tanjung.
Dua medali perunggu juga dipersembahkan dari cabang lawn bowl, yaitu oleh Sigit Soepadi dan Soekarsan, masing-masing dari nomor tunggal putra tetapi di kelas berbeda.
Paralimpiade Stoke Mandeville dan New York 1984 - 2 medali
Stoke Mandeville ada di Inggris dan New York ada di Amerika Serikat. Ketiadaan jejaring organisasi olahraga di Amerika Serikat untuk cabang olahraga menjadi alasan Paralimpiade 1984 digelar di dua negara berbeda ini.
Semula, hajatan di Amerika Serikat pun dijadwalkan di Los Angeles, seperti halnya olimpiade pada tahun itu.
Dengan alasan saat itu organisasi atlet disabilitas setempat tak punya keterhubungan langsung dengan komite olimpiade, kota penyelenggaraan paralimpiade pun akhirnya berbeda dengan olimpiade pada tahun yang sama.
Paralimpiade 1984 digelar pada 17 Juni - 1 Agustus 1984, diikuti 2.105 atlet dari 54 negara, mempertandingkan 975 nomor dari 18 cabang olahraga.
Indonesia memperoleh satu medali perak dan satu medali perunggu di Paralimpiade 1984. Kedua medali didapat dari cabang olahraga lawn bowls.
Medali perak dipersembahkan oleh Umardiyani Ninik dari nomor tunggal putri. Adapun medali perunggu dipersembahkan pasangan Kurnianto dan Lesmana Memed dari nomor ganda putra.
Dengan capaian ini, Indonesia menempati peringkat 30 di klasemen akhir Paralimpiade 1984.
Paralimpiade Seoul 1988 - 2 medali
Paralimpiade Seoul 1984 digelar pada 16-25 Oktober 1988, diikuti 3.041 atlet dari 60 negara, mempertandingkan 733 nomor dari 18 cabang olahraga.
Dua medali perak Indonesia didapat dari cabang atletik. Hadi Abdulaziz mendapatkan medali perak untuk nomor lompat tinggi, sementara Soeparni mendapatkan medali perak dari nomor tolak peluru.
Dengan perolehan ini, Indonesia menempati peringkat 42 di klasemen akhir Paralimpiade Seoul 1988.
Paralimpiade 1992-2008 - absen dan tanpa medali
Indonesia absen mengirimkan atlet pada Paralimpiade Barcelona/Madrid 1992.
Atlet paralimpic Indonesia berlaga lagi pada Paralimpiade Atlanta 1996, Paralimpiade Sydney 2000, Paralimpiade Athena 2004, dan Paralimpiade Beijing 2008.
Namun, kontingen Indonesia tidak mendapatkan satu medali pun pada empat keikusertaan paralimpiade tersebut.
Paralimpiade London 2012 - 1 medali
Pada Paralimpiade London 2012, Indonesia hanya mendapatkan satu medali perunggu. Medali ini dipersembahkan David Jacobs dari cabang olahraga tenis meja nomor perseorangan pria kelas 10.
Paralimpiade 2012 digelar di London, Inggris, pada 29 Agustus - 9 September 2012. Ajang ini diikuti oleh 4.243 atlet dari 164 negara, mempertandingkan 503 nomor dari 20 cabang olahraga.
Paralimpiade Rio de Janeiro 2016 - 1 medali
Paralimpiade 2016 digelar di RIo de Janeiro, Brasil, pada 7-18 September 2016. Ada 4.327 atlet dari 160 negara berlaga dalam 528 nomor pertandingan dari 22 cabang olahraga.
Indonesia mendapatkan satu medali perunggu pada Paralimpiade Rio de Janeiro 2016. Satu-satunya medali ini dipersembahkan Ni Nengah Widiasih dari cabang olahraga angkat besi putri nomor 41 kilogram.
Paralimpiade Tokyo 2020 - 9 medali
Paralimpiade Tokyo 2020 digelar Tokyo, Jepang, pada 24 Agustus - 5 September 2021. Indonesia meraih sembilan medali, yaitu dua medali emas, tiga medali perak, dan empat medali perunggu.
Dua medali emas dipersembahkan cabang badminton, dari nomor ganda putri dan ganda campuran.
Peraih medali emas badminton ganda putri adalah pasangan Leani Ratri Oktila dan Khalimatus Sadiyah. Adapun medali emas badminton ganda campuran dipersembahkan pasangan Hary Susanto dan Leani Ratri Oktila.
Tiga medali perak Paralimpiade Tokyo 2020 dipersembahkan cabang olahraga angkat besi dan badminton.
Ni Nengah Widiasih meraih medali perak untuk cabang olahraga angkat besi nomor 41 kilogram. Adapun dari badminton, Leani Ratri Oktila mempersembahkan medali perak dari nomor tunggal putri dan Dheva Anrimusthi dari nomor tunggal putra.
Empat medali perunggu dipersembahkan cabang olahraga atletik, tenis meja, dan badminton.
Saptoyoga Purnomo meraih medali perunggu dari cabang atletik nomor lari 100 meter putra, David Jacobs untuk tenis meja perorangan putra, Suryo Nugroho dari badminton tunggal putra SL5, dan Fredy Setiawan dari badminton nomor tunggal putra SL4.
Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Sejarah dan Prestasi Indonesia di Paralimpiade dari Masa ke Masa, 1976-2021 - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More
No comments:
Post a Comment