Rechercher dans ce blog

Friday, October 15, 2021

Kisah Bisnis IP Farm, dari Budidaya Jamur hingga Kelola Agrowisata di Lembang - Kompas.com - Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Membuka usaha yang dimulai dari hobi, kebanyakan akan menghasilkan "buah" yang manis. Apalagi jika dibarengi dengan keinginan yang keras untuk belajar dan mencoba, hasilnya pun bisa berlipat ganda.

Hal inilah yang menjadi dasar dibukanya usaha sektor agrikultur yang terletak di Cikole, Lembang, Jawa Barat yang diberi nama IP Farm.

Devie Kusumaputri, salah satu anggota tim manajemen IP Farm menceritakan kepada Kompas.com awal dibangunya IP Farm. Semua bermula dari hobi yang dimiliki ayah Devie Kusumaputri yaitu Ganda Kusuma, yang suka bercocok tanam dan suka mengonsumsi berbagai sayuran.

Baca juga: Sukses Jalankan Bisnis Selama 4 Dekade, Ini 3 Rahasia Sukses Es Teler 77

Namun Ide usaha muncul karena Ganda kerap menemukan produk sayuran impor dijual di supermarket, salah satunya yaitu jamur. Dari situ, Ganda mencetuskan ide bisnis bersama adiknya yaitu Astrid Sunarti, untuk mulai membudidayakan jamur.

"Mereka pada saat itu benar-benar serius ingin membudidayakan jamur. Bahkan mereka belajar sampai ke Jepang, China hingga ke Jerman untuk mencari ilmu dalam mengembangkan jamur," ujar Devie Kusumaputri kepada Kompas.com, Jumat (15/10/2021).

Pada 1987, Ganda bersama dengan timnya menyewa lahan di Lembang, untuk memulai kebun jamur Shiitake. Pada saat itu, budidaya jamur Shiitake terbilang sukses.

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email

Baca juga: 4 Langkah Membangun Bisnis Autopilot

Devie mengungkapkan, banyak para peneliti yang takjub lantaran jamur Shiitake yang biasanya hanya dibudidayakan di Jepang, China, Korea atau daerah pengunungan Asia Tenggara, bisa tumbuh di Indonesia dengan kualitas hasil yang sama dengan negara asalnya.

Jamur tersebut didistribusikan ke berbagai tempat mulai dari supermarket, restoran hingga perhotelan. Bahkan, pada awal tahun 2000-an, IP Farm berhasil mengekspor jamur Shiitake ke Jepang dan Saudi Arabia.

"Pada saat itu kita sempat mengekspor. Bisa dibilang demand-nya cukup baik pada saat itu," ungkapnya.

Namun sayangnya, ekspor tersebut terhenti lantaran masuknya produk China dengan harga yang murah sehingga membuat pasar hancur.

Baca juga: Punya Uang Rp 10 Juta, Enaknya Usaha Apa?

Walau demikian, Devie mengatakan bahwa ayahnya tetap semangat mengembangkan usaha agrikulturnya dan memperbanyak jenis tanaman yang di tanam di kebunnya.

Kini IP Fram dikelola Devie bersama suaminya, Ivan Linggar.

Devie mengungkapkan, sejak awal ayahnya berpesan agar IP Farm harus berjalan bersama petani lokal untuk menghasilkan sayuran yang berkualitas

Saat ini, IP Farm memiliki luas lahan 5,7 hektar dan karyawannya berjumlah 100 orang. IP Farm menggandeng penduduk lokal untuk mengurus lahan tersebut.

Sementara itu, jenis sayur-sayuran yang dikelola pun beraneka ragam, mulai dari Asparagus, Rosemary, Oregano, Thyme, Sage, Marjoram, Mint, Edible Flowers , jagung dan lain-lain.

Sementara jamur yang masih dibudidayakan sampai sekarang adalah Shiitake, tiram abu-abu, tiram putih, jamur kuping, jamur Maitake dan jamur Ling Tzi.

Devie bilang, saat ini pihaknya masih terus mendistribusikan jamur dan olahannya hingga ke berbagai tempat.

Penjualan hasil produk sayur-sayuran dilakukan dengan berbagai macam cara. Mulai dari penjualan langsung ke customer hingga memanfaatkan platform online seperti Tokopedia @IPFarm, Shopee @ipfarm, dan Instagram @ipfarm.

Baca juga: Ini 3 Skema Bisnis Pengisian Daya Kendaraan Listrik

Per minggu, IP Farm bisa menjual produknya kepada 400-500 pembeli. Bahkan selama pandemi, ketika orang bekerja dari rumah, penjualan sayurannya meningkat drastis.

Selain menjual produk sayuran, IP Farm juga membuka agrowisata atau obyek wisata bagi keluarga yang diberi nama Dari Kebun by IP Farm. Tempat wisata ini dapat dikunjungi dengan melakukan reservasi, dan wisatawan dapat belanja produk sayur-sayuran dengan langsung memetiknya dari kebun.

"Jadi wisatawan juga bisa datang ke kebun untuk melihat bagaimana caranya bercocok tanam, sambil edukasi, dan melihat semua jenis sayuran yang ada di kebun kita, dengan reservasi terlebih dahulu," ungkap Devie.

Selain itu, IP Farm juga membuka cafe yang posisinya tidak jauh dari kebun. Cafe tersebut menjual semua produk olahan perkebunan, mulai dari sup jamur, burger jamur, kerupuk jamur, hingga minuman teh yang terbuat dari tanaman herbal.

Devie juga berharap, IP Farm bisa lebih mengembangkan produk olahan jamur dan sayur, snack, hingga berbagai makanan tanpa mengandung MSG dan tanpa bahan pengawet.

"Semoga dengan adanya IP Farm ini selain bisa memberikan kesempatan bekerja pada warga lokal juga bisa membuat masyarakat suka akan sayur, dan bangga akan sayur lokal yang berkualitas," pungkas Devie.

Baca juga: 5 Ide Bisnis Online untuk Mencetak Uang di Masa Pandemi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Adblock test (Why?)


Kisah Bisnis IP Farm, dari Budidaya Jamur hingga Kelola Agrowisata di Lembang - Kompas.com - Kompas.com
Read More

No comments:

Post a Comment

Korsel Targetkan 300 Ribu Wisatawan dari Indonesia pada 2022 - Republika Online

Kunjungan wisatawan Indonesia ke Korea Selatan anjlok pada 2020 dan 2021. REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Korea Selatan (Korsel) menargetkan kun...