JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia berkomitmen untuk menurunkan tingkat emisi yang ditargetkan pada 2030 atau lebih cepat.
Oleh sebab itu, pemerintah sedang menargetkan penggunaan kendaraan listrik, khususnya kendaraan motor secara menyeluruh pada tahun 2060.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, komitmen terhadap perubahan iklim, potensi nikel yang besar dan mineral logam lainnya, serta ada ambisi serius untuk mewujudkan industri kendaraan listrik terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Baca juga: Luhut: Pfizer Akan Berinvestasi di Sejumlah Sektor di Indonesia
Ini menjadikan Indonesia memiliki potensi yang kuat dalam membangun ekosistem rantai pasokan global baik untuk industri baterai maupun kendaraan listrik berbasis baterai. Investasi hijau adalah fondasi utama untuk mencapainya.
"Perlu investasi yang komprehensif untuk ekosistem EV (kendaraan listrik) di Indonesia. Ekosistem EV sangat kompleks dan besar, terdiri dari ekosistem-ekosistem, seperti bahan baku, manufaktur, penyediaan infrastruktur charging, dan sebagainya," kata Luhut melalui keterangan persnya, Rabu (17/11/2021).
Ia menambahkan, pada 2020, permintaan nikel primer global diperkirakan sekitar 2.250 kt Ni.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Sektor baterai diperkirakan akan menjadi penentu paling signifikan dari pertumbuhan permintaan nikel pada masa mendatang.
Baca juga: Luhut: Tenaga Kerja Indonesia Minim Kualifikasi
"Permintaan baterai meningkat seiring dengan pertumbuhan permintaan EV. Pada 2027 pasar baterai dunia akan mencapai 777 GWh. Sedangkan di Indonesia diperkirakan kebutuhan kapasitas baterai mencapai 9,8-11,9 GWh pada 2029-2030," sebut dia.
Luhut mengatakan, Indonesia berpotensi menjadi global supply chain hub untuk kendaraan listrik karena memiliki sumber mineral yang besar.
Nikel, bauksit, dan tembaga adalah mineral kunci untuk pengembangan EV di Indonesia.
Ia menambahkan, dalam beberapa waktu ke depan dia akan mengunjungi Morowali untuk melihat proses daur ulang baterai di sana.
Kapasitas daur ulang di Morowali pada fase 1, yaitu sebesar 20.000 ton per tahun dan fase 2 sebesar 40.000 ton per tahun.
Baca juga: Beda Luhut dan Airlangga soal Tren Kasus Covid-19, Naik atau Turun?
Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) ini memiliki luas sekitar 141.700 meter persegi dengan total investasi sebesar 91 juta dollar Amerika Serikat (AS).
Selain itu, ditargetkan untuk pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) pada 2030 mencapai 31.859 unit dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum atau SPBKLU sebanyak 67.000 unit.
"Kekhawatiran kalian soal infrastructure charging ini sudah kami rencanakan, jadi jangan khawatir," ucap Luhut.
Pada 15 September 2021, Presiden Joko Widodo telah meresmikan peletakan batu pertama pembangunan pabrik baterai mobil listrik PT HKML Battery di Karawang.
Pabrik ini memiliki kapasitas produksi tahap 1 sebanyak 1-GWh yang dapat memproduksi sekitar 150.000 buah baterai.
Baca juga: Temui Perwakilan BMW dan Mercy, Menperin Beberkan Peluang Investasi Kendaraan Listrik
Komponen baterai berasal dari NCMA (nikel, kobalt, mangan, dan alumunium) yang merupakan 90 persen dari nikel.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Ambisi Indonesia Wujudkan Industri Kendaraan Listrik dari Hulu ke Hilir - Kompas.com - Kompas.com
Read More
No comments:
Post a Comment