KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Malaysia mengonfirmasi penemuan dua kasus pertama Covid-19 subvarian Delta AY.4.2.
Dua kasus yang terdeteksi sebagai varian Delta Plus ini merupakan kasus impor dari pelajar yang kembali dari Inggris.
Direktur Jenderal Kesehatan Tan Sri Dr Noor Hisham Abdullah mengatakan, kasus-kasus ini terdeteksi saat kedua pelajar tersebut tiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) pada 2 Oktober 2021.
Dua pelajar ini telah menjalani dua kali tes RT-PCR, dengan awalnya ditemukan negatif sebelum terkonfirmasi positif setelah tes kedua dilakukan pada 7 Oktober selama masa karantina.
“Sampel ini telah menjalani full genome sequencing di Institute of Medical Molecular Biology, Universiti Kebangsaan Malaysia (UMBI-UKM), dan hasilnya dirilis apda 30 Oktober,” kata Noor seperti diberitakan The Star pada 6 November 2021.
Studi yang dilakukan Institute of Medical Research (IMR) dan UMBI-UKM masing-masing telah mengidentifikasi 44 dan 46 kasus baru varian perhatian Delta (B.1.617.2).
Baca juga: Waspadai, Berikut Ini 12 Gejala Covid-19 Varian Delta
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Varian AY.4 termasuk di antara 75 jenis silsilah yang berasal dari varian Delta, dan di antara sublineage AY.4 merupakan varian AY.4.2 yang juga dikenal sebagai Delta Plus.
Varian ini memiliki dua mutasi tambahan pada protein lonjakan, yakni Y145H dan A222V.
Hingga akhir Oktober 2021, varian AY.4.2 mewakili 10 persen dari total sekuensing genom lengkap yang dilakukan di Inggris.
Pada 20 Oktober lalu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) telah menetapkan AY.4.2 sebagai varian yang tengah diselidiki (VUI).
Vaksin yang saat ini digunakan masih efektif terhadap varian ini, langkah-langkah seperti karantina, pengujian, dan lainnya dapat membantu mengurangi risiko penularan varian Delta Plus ini.
Baca juga: Update Corona 17 September: Long Covid-19 Varian Delta Tak Pengaruhi Anak-anak
Apakah varian Delta Plus lebih berbahaya dari Delta?
Diberitakan BBC pada 22 Oktober 2021, Delta Plus dapat menyebar lebih mudah dibandingkan varian Delta.
Belum ada bukti bahwa varian ini menyebabkan penyakit yang lebih buruk, dan ilmuwan yakin vaksin masih dapat bekerja dengan baik untuk memberikan perlindungan.
Mesikupun varian Delta masih menyumbang mayoritas infeksi corona di Inggris, kasus varian Delta Plus atau AY.4.2 telah meningkat.
Data resmi menunjukkan bahwa sebanyak 6 persen kasus Covid-19 disebabkan oleh varian virus ini.
Melansir Livemint, frekuensi mutasi AY.4.2 baru dari virus corona kurang dari 0,1 persen dari semua varian yang menarik perhatian saat ini.
Konsorium Genomics SARS-CoV-2 India (INSACOG) menyampaikan, saat ini frekuensi telalu rendah untuk dikhawatirkan dan efektivitas vaksin terhadapnya terlihat tidak berbeda daripada varian Delta lainnya.
INSACOG, sebuah konsorsium dari 28 laboratorium nasional, didirikan pada Desember 2020 untuk memantau variasi genom SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.
“Saat ini tidak ada dasar biologis untuk peningkatan penularan AY.4.2, seperti yang dinilai secara epidemiologis dan pengujian sedang berlangsung,” tulis INSACOG.
Baca juga: Update Corona 22 Juli: WHO Sebut Varian Delta Mendominasi dalam Beberapa Bulan Mendatang
Tercatat, varian Delta (B.1.617.2 dan AY.x) terus menjadi varian utama yang menjadi perhatian di India, dan sejauh ini belum ada varian lainnya yang mengkhawatirkan.
Varian Delta, yang pertama kali ditemukan di India pada Oktober tahun lalu, telah menyebabkan gelombang kedua yang menghancurkan, dengan mencapai puncaknya pada April dan Mei.
Sementara itu, AY.4.2 dilaporkan akan berkembang di Inggris pada Juli tahun ini.
Para ahli menuturkan, varian AY.4.2 mengandung mutasi yang memungkinkan bertahan hidup yang lebih besar.
“Sublineage Delta yang baru ditetapkan sebagai AY.4.2 tercatat berkembang di Inggris. Sekarang dalam pemantauan, dan penilaian telah dimulai. Terdapat sejumlah kecil kasus baru Delta dengan E484K dan E484Q,” ujar Badan Keamanan Kesehatan Inggris.
India melaporkan tujuh kasus Delta Plus, dengan kasus AY.4.2 di Karnataka, tiga kasus di Bengaluru, dan empat lainnya di negara bagian yang berbeda.
Tak dilaporkan kematian karena varian baru, tapi sekitar dua orang dirawat di rumah sakit.
Baca juga: Penyebab Gagal Jantung di Usia Muda, Gejala dan Cara Mencegahnya
Kemungkinan lebih menular
Melansir Healthline, data menunjukkan bahwa varian AY.4.2 kemungkinan 10 persen lebih menular dibandingkan varian Delta yang paling umum, AY.4.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur University College London Genetics Institure Francois Balloux, PhD.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengungkapkan, varian Delta sangat menular dan lebih tahan terhadap pengobatan dibandingkan varian aslinya.
Adanya peningkatan sebesar 10 persen ini dapat menjadikan varian baru, AY.4.2 menjadi varian paling menular.
Namun, para ahli menilai bahwa lebih menular tidak selalu mengartikan lebih mengkhawatirkan.
“Menular bukan berarti lebih berbahaya. Bukan berarti lebih ganas,” ujar Spesialis Penyakit Dalam dan Paru di Lenox Hill Hospital di New York Dr Len Horovitz.
Horovitz menjelaskan, masa inkubasi virus yang lebih pendek membuat virus lebih cepat dan lebih mudah menyebar dibandingkan yang membutuhkan masa inkubasi lebih lama.
Baca juga: Vaksin Sinovac untuk Anak 6-11 Tahun: Keamanan, Dosis, dan Kondisi yang Tak Diperbolehkan
Negara yang melaporkan varian Delta Plus
Menurut cov-lineages.org, beberapa negara telah mencatat kasus yang disebabkan varian Delta Plus, seperti Inggris Raya yang telah menyumbang 92 persen kasus AY.4.2 diikuti oleh Denmark dan Jerman, masing-masing sebesar 1 persen.
Kasus-kasus varian ini juga telah dilaporkan di Amerika Serikat, Israel, dan Rusia.
Di Israel, pemerintah mengonfirmasi temuan kasus AY.4.2 pada seorang bocah laki-laki berusia 11 tahun yang tiba dari Eropa.
UKHSA menyatakan, meskipun terdapat bukti AY.4.2 masih muncul, tapi nampaknya tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Dalam hal suntikan vaksin Covid-19, sub-garis keturunan varian Delta tidak membuat vaksin yang saat ini digunakan menjadi kurang efektif untuk melawannya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Malaysia Laporkan 2 Kasus Corona Delta Plus, Apa Itu? Lebih Bahaya dari Delta? - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More
No comments:
Post a Comment