Rechercher dans ce blog

Thursday, June 3, 2021

Bagaimana Garuda Keluar dari Lilitan Utang Menggunung dan Rugi Jumbo? - Kompas.com - Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan manajemen saat ini sedang fokus memulihkan kinerja melalui berbagai program strategis agar dapat mengembalikan performa perusahaan.

"Saat ini kami jajaran manajemen Garuda berkeinginan untuk fokus dan memaksimalkan upaya pemulihan kinerja serta berbagai program strategis yang tengah dijalankan perusahaan," kata Irfan dalam keterangannya seperti dilansir dari Antara, Jumat (4/6/2021).

Irfan menjelaskan pihak manajemen berkomitmen penuh untuk selalu memprioritaskan transparansi kepada seluruh pemangku kepentingan, termasuk kepada media massa sebagai mitra strategis perusahaan.

Menurut dia, media memiliki peranan penting melalui penyampaian pemberitaan yang bijak, berimbang, dan komprehensif terhadap kondisi yang tengah dihadapi perusahaan.

Baca juga: Erick Thohir Beberkan Alasan Suntik Dana APBN Rp 7,5 Triliun ke PLN

"Saya turut menyampaikan apresiasi atas segala bentuk pendapat yang dikemukakan oleh pihak-pihak terkait mengenai kondisi Garuda Indonesia melalui kanal yang beragam," kata Irfan.

Lebih lanjut ia meminta pemakluman karena belum bisa memberikan tanggapan terkait opini yang mengemuka saat ini agar tidak menciptakan polemik-polemik baru.

Terima kasih telah membaca Kompas.com.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email

"Saya secara pribadi menyampaikan permohonan maaf dari lubuk hati saya jika dalam situasi yang menantang seperti saat ini belum dapat membalas maupun menjawab secara satu persatu pertanyaan dan konfirmasi yang rekan-rekan media sampaikan," kata Irfan.

Utang menggunung

Berdasarkan data laporan keuangan terakhir yang dirilis Garuda Indonesia pada kuartal III 2020, BUMN penerbangan itu mempunyai utang sebesar Rp 98,79 triliun yang terdiri dari utang jangka pendek Rp 32,51 triliun dan utang jangka panjang sebesar Rp 66,28 triliun.

Baca juga: Daftar 7 BUMN Terbesar di Indonesia dari Sisi Aset, Siapa Juaranya?

Sebelum pandemi Covid-19, perseroan sempat membukukan keuntungan hampir mencapai Rp 100 miliar pada 2019. Namun, pandemi yang melanda Indonesia pada awal 2020 hingga sekarang telah memukul keuangan perusahaan.

Pada kuartal III 2019, Garuda Indonesia membukukan laba bersih sebanyak Rp 1,73 triliun, lalu mencatat rugi hingga Rp 15,19 triliun pada kuartal III 2020 akibat dampak pandemi.

Pendapatan Garuda Indonesia tercatat turun dari awalnya Rp 50,26 triliun pada kuartal III 2019 menjadi hanya Rp 16,04 triliun pada kuartal III 2020.

Perseroan lantas menawarkan program pensiun dini untuk para karyawan hingga 19 Juni 2021 mendatang demi menyelamatkan keuangan perusahaan yang tertekan akibat rugi dan utang. Sejauh ini, sudah ada lebih dari 100 karyawan yang mengajukan pensiun dini.

Baca juga: Wamen BUMN Buka-Bukaan Soal Kondisi Garuda Indonesia yang Terus Merugi

Selain pensiun dini, sejumlah aksi yang turut dilakukan Garuda Indonesia di antaranya memaksimalkan kerja sama dengan mitra usaha guna mendorong peningkatan pendapatan.

Sementara itu dari pihak pemerintah berencana memangkas jumlah komisaris Garuda Indonesia hingga mengubah orientasi bisnis perseroan yang semula melayani rute penerbangan internasional menjadi hanya berfokus pada penerbangan domestik saja.

Lessor nakal

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan beberapa alasan yang menyebabkan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dalam kondisi keuangan yang terpuruk saat ini.

Selain memang terpengaruh pandemi Covid-19, persoalan lainnya adalah terkait penyewa pesawat atau lessor. Ia bilang, saat ini Garuda Indonesia bekerja sama dengan 36 lessor yang sebagian terlibat dalam tindakan koruptif dengan manajemen lama.

Baca juga: Erick Thohir Proyeksi Laba BUMN pada 2020 Anjlok Jadi Rp 28 Triliun

"Sejak awal kami di Kementerian (BUMN) meyakini, bahwa memang salah satu masalah terbesar di Garuda mengenai lessor. Lessor ini harus kami petakan ulang, mana saja yang masuk kategori dan bekerja sama di kasus yang sudah dibuktikan koruptif," ungkap Erick Thohir.

Ia menjelaskan, pemetaan diperlukan untuk mengetahui lessor yang bertindak 'nakal' guna dilakukan negosiasi yang tepat. Namun di sisi lain, Erick Thohir meyakini sejumlah lessor juga telah bekerja sama dengan jujur.

Kendati demikian, harga penyewaan pesawat yang dipatok oleh lessor sekalipun tidak terlibat koruptif, terasa tetap mahal di kondisi saat ini. Sehingga, negosiasi pada tipe lessor ini juga diperlukan.

"Kami juga mesti jujur, ada lessor yang tidak ikutan dengan kasus itu, tetapi pada hari ini kemahalan karena ya kondisi. Itu yang kami juga harus negosiasi ulang. Nah beban terberat saya rasa itu," jelas Erick.

Baca juga: Kementerian BUMN Kaji 4 Opsi Penyelamatan Garuda Indonesia

Penyebab lainnya adalah bisnis model Garuda Indonesia. Menurut Erick, seharusnya maskapai pelat merah itu mengubah bisnis modelnya dengan fokus pada pasar penerbangan domestik.

Hal ini didasari pula pada data kepariwisataan nasional. Sebanyak 78 persen perjalanan yang dilakukan merupakan turis domestik, sedangkan 22 persen lainnya adalah turis asing.

Dia mengatakan, tingginya penerbangan domestik tersebut dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang adalah negara kepulauan. Sehingga salah satu akses melakukan perjalanan antarpulau yakni dengan penerbangan.

Potensi ini yang seharusnya dimanfaatkan Garuda Indonesia. Erick mengatakan, pihaknya telah bicara dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk memberikan dukungan jika nantinya tidak semua bandara terbuka bagi maskapai asing.

Baca juga: Berikut Daftar 19 Relawan Jokowi yang Jadi Komisaris BUMN

Terlebih di masa pandemi Covid-19 saat ini, yang tak memungkinkan penerbangan dari luar negeri bisa bebas masuk ke semua bandara. Menurut dia, kondisi ini jadi kesempatan Garuda Indonesia untuk memperbaiki kinerja.

"Ini kesempatan kami sinkronisasi dengan kementerian lain, dari titik-titik bandara yang di buka (bagi pesawat asing), maka dari bandara itu Garuda (bisa ambil pangsa pasarnya) untuk menyebar ke 20 kota," jelas dia.

"Jadi beberapa titik bandara di buka (bagi pesawat asing), tapi untuk ke rute domestik lainnya hanya boleh garuda atau penerbangan swasta domestik lainnya," lanjut Erick Thohir.

Baca juga: Akankah Nasib Garuda Indonesia Sama seperti Merpati Airlines?

Adblock test (Why?)


Bagaimana Garuda Keluar dari Lilitan Utang Menggunung dan Rugi Jumbo? - Kompas.com - Kompas.com
Read More

No comments:

Post a Comment

Korsel Targetkan 300 Ribu Wisatawan dari Indonesia pada 2022 - Republika Online

Kunjungan wisatawan Indonesia ke Korea Selatan anjlok pada 2020 dan 2021. REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Korea Selatan (Korsel) menargetkan kun...