JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia atau World Bank baru saja menyetujui pinjaman baru sebesar 500 juta dollar AS yang diajukan pemerintah Indonesia. Utang baru dipakai untuk memperkuat sistem kesehatan nasional.
Beberapa di antaranya yakni penambahan tempat isolasi pasien virus corona (Covid-19), tempat tidur rumah sakit, penambahan tenaga medis, lab pengujian, serta peningkatan pengawasan dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi.
Selain itu, pinjaman dari Bank Dunia juga akan dipakai pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memperluas program vaksinasi Covid-19.
Pada 10 Juli 2021 lalu, Bank Dunia juga sudah menyetujui utang baru yang diajukan pemerintah Indonesia sebesar 400 juta dollar AS.
Baca juga: Janji Jokowi Pertumbuhan Ekonomi Meroket 7 Persen dan Realisasinya pada 2015-2020
Sehingga total utang baru yang ditarik Indonesia selama bulan Juni 2021 yakni sudah mencapai sebesar 900 juta dollar AS atau setara dengan Rp 13,04 triliun (kurs Rp 14.480).
"Selain untuk mendukung vaksinasi gratis dari pemerintah, utang ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia menjadi lebih baik dan memperkuat sistem pengawasan melalui pengujian dan pelacakan kasus-kasus baru Covid-19," jelas Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dikutip dari laman resmi Bank Dunia, Sabtu (19/6/2021).
Terima kasih telah membaca Kompas.com.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Lanjut Budi, dana pinjaman juga akan dialokasikan untuk penanganan dan pencegahan varian virus baru dari virus corona.
Masih dikutip dari laman Bank Dunia, pemerintah Indonesia menyebutkan bahwa program vaksinasi gratis akan menjangkau 181,5 juta orang berusia dewasa.
Baca juga: Janji Jokowi Bawa RI Swasembada Kedelai dalam 3 Tahun dan Realisasinya
Penggunaan utang
Utang baru dari Bank Dunia tidak akan dipakai untuk pengadaan vaksin baru, melainkan memperkuat sistem pencegahan dan mendukung pemberian layanan kesehatan secara keseluruhan.
Lebih rincinya, utang akan digunakan untuk tiga program. Pertama peningkatan pemberian layanan kesehatan, kedua pengawasan kualitas pengujian di laboratorium.
Ketiga dana akan dipakai meningkatkan komunikasi dan koordinasi tanggap darurat, termasuk dalam hal pengiriman vaksin.
Dengan memperkuat pengujian di lab diharapkan akan membantu Indonesia dalam mencegah penyebaran varian baru virus corona.
Baca juga: Bagaimana Garuda Keluar dari Lilitan Utang Menggunung dan Rugi Jumbo?
Sementara dana utang yang dipakai untuk koordinasi, diharapkan bisa membuat distribusi vaksin bisa lebih merata sesuai dengan prioritas yang adil.
“Utang ini akan membantu Indonesia memberikan vaksin yang aman dan efektif. Ini juga akan memperkuat ketahanan sektor kesehatan negara dan meningkatkan kapasitas respon di luar pandemi,” kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen.
"Secara keseluruhan, dukungan dari Bank Dunia ini, bersama dengan dukungan dari mitra pembangunan internasional lainnya, akan memperkuat upaya pemerintah untuk membatasi dampak pandemi secara efisien dan meningkatkan sistem dan layanan kesehatan," tambah Kahkonen.
Resesi
Pandemi Covid-19 membuat ekonomi Indonesia mengalami resesi yang dampaknya diperkirakan masih akan berlangsung dalam waktu lama.
Baca juga: Apa Kabar Janji Jokowi Turunkan Harga Daging Sapi Jadi Rp 80.000 Per Kg?
Meski sistem permodalan perbankan dan lembaga keuangan di Indonesia cukup kuat, namun kurangnya inklusi keuangan bisa membuat Indonesia rentan, khususnya sektor UMKM.
Dengan pinjaman baru, pemerintah Indonesia juga diharapkan bisa memberikan dukungan lebih luas kepada kelompok masyarakat yang selama ini belum terlayani oleh perbankan.
"Pandemi Covid-19 membuat reformasi struktural untuk sektor keuangan menjadi mendesak. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memperkuat sektor keuangan mengingat peranannya yang penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
"Ini mengingat peran penting (sektor keuangan) dalam mengurangi kemiskinan, terutama selama fase pemulihan pandemi Covid-19," kata Sri Mulyani lagi.
Baca juga: Masih Ingat Janji Jokowi Bangun 5 Kilang Minyak?
Proyeksi pertumbuhan ekonomi
Sebelumnya, Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali ke zona positif pada tahun 2021, setelah terkontraksi 2,07 persen yoy.
Dalam laporannya, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini tumbuh 4,4 persen. Pertumbuhan kembali berlanjut pada tahun depan dan diperkirakan angka pertumbuhan tahun 2022 bisa menyentuh 5,0 persen.
Perkiraan ini meningkat 0,2 persen dari prediksi Bank Dunia sebelumnya pada bulan Januari 2021 yang sebesar 4,8 persen.
Meski angkanya meningkat, Bank Dunia memberi catatan bahwa peningkatan angka pertumbuhan ekonomi tak serta merta membuka lapangan pekerjaan bagi sektor-sektor tertentu.
Baca juga: Produk Ditiru, Pelaku Usaha: Bersyukur Buka Rezeki untuk Orang Lain...
“Sektor-sektor jasa yang tidak bernilai tambah (low value-added services) seperti perdagangan, transportasi, dan di bidang jasa ramah tamah (hospitality), akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih,” ujar Bank Dunia dalam laporan yang dikutip dari Kontan.
Bank Dunia juga menyarankan Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya tetap waspada tentang adanya ketidakpastian yang membayangi, terutama masih dari kasus Covid-19 yang diperkirakan meningkat di sejumlah wilayah.
Untuk itu, Bank Dunia mengimbau otoritas untuk melakukan perbaikan penanganan pandemi. Karena saat ini program vaksinasi terpantau masih lambat, bahkan ada varian baru Covid-19.
Pemulihan ekonomi nantinya masih akan sangat bergantung dari kapabilitas masing-masing negara, termasuk Indonesia dalam menjalankan komitmen vaksinasi, besarnya ketergantungan dari perekonomian negara lain, juga kondisi dalam negeri.
“Meningkatkan jumlah vaksinasi dipercaya akan menurunkan jumlah kasus pada tahun 2022 dan bahkan 2023 di seluruh daerah ekonomi, termasuk Indonesia,” tandas Bank Dunia.
Baca juga: Diskusi dengan Bank Dunia, Pemerintah Kembali Singgung Pajak Sembako
Jokowi Tarik Utang Baru Rp 13 Triliun dari Bank Dunia - Kompas.com - Kompas.com
Read More
No comments:
Post a Comment