Rechercher dans ce blog

Sunday, August 15, 2021

Ibu menyusui kena Covid: Dari takut menulari bayi hingga kehilangan momen ‘bonding’ - BBC News Indonesia

menyusui saat positif covid

Sumber gambar, Getty Images

Sebelum pandemi Covid-19, proses menyusui kerap menghadapi hambatan dan tantangan. Kondisi itu semakin berat di masa pandemi, terutama bagi para ibu menyusui yang terpapar Covid-19.

Mental Ayu Nur Fajrina, 27 tahun, langsung drop ketika mengetahui hasil tes usapnya positif Covid-19. Pikirannya langsung tertuju pada anaknya yang masih berusia 2,5 bulan.

Dia gamang, bagaimana ia bisa tetap menyusui bayinya yang masih di periode ASI eksklusif — enam bulan pertama kehidupan bayi — selama masa isolasi mandiri (isoman).

Melalui konsultasi jarak jauh, dokter spesialis paru dan dokter spesialis anak menyarankan agar Ayu tidak menyusui langsung karena risiko penularan yang besar kepada bayinya.

Baca juga:

"Sebetulnya ada beberapa dokter yang membolehkan DBF [direct breastfeeding]. Jadi ragu, karena kita nggak tahu, virus [corona] varian baru belum tahu keganasannya seperti apa," kata Ayu kepada wartawan Yuli Saputra yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Sabtu (07/08).

Terpapar virus corona kemudian memaksa Ayu berpisah rumah dengan anaknya. Si bayi, dititipkan kepada ibunya.

Ayu pun harus kehilangan momen menjalin ikatan batin (bonding) yang biasanya terjadi saat menyusui. Dia juga harus menanggung risiko lain, seperti berkurangnya produksi ASI dan bayi mengalami bingung puting — kondisi yang bisa terjadi karena bayi tak melakukan pelekatan saat menyusui.

Dari kediamannya, Ayu tetap berusaha menyediakan ASI perah di saat tubuhnya mengalami gejala Covid-19 seperti demam, batuk, anosmia, dan lemas.

Produksi ASI-nya pun seret lantaran efek obat antivirus yang diminumnya. Terpaksa, kebutuhan anaknya 'ditambal' dengan susu formula.

menyusui saat positif covid

Sumber gambar, Dok. Ayu Nur Fajrina

"Pas tiga hari [isoman] stok ASI perah habis. Saya hanya bisa menyediakan 500 mililiter per hari, sementara anak saya minum hampir satu liter sehari. Saya minum ASI booster, minum apa saja yang bisa merangsang [produksi] ASI," ungkap Ayu.

Ayu juga melakukan power pumping, yakni memompa ASI selama satu jam penuh dengan jeda sepuluh menit setiap 10-20 menit memompa.

"Setiap malam saya bangun jam 03.00 [pagi] untuk power pumping, subuh bangun untuk power pumping," cerita Ayu.

Sedikit demi sedikit, kata Ayu, perjuangannya membuahkan hasil. Dia berhasil memutus konsumsi susu formula dan kembali memberikan ASI secara penuh.

menyusui saat positif covid

Sumber gambar, Dok. Ayu Nur Fajrina

Setelah tes antigen negatif dan tak bergejala, Ayu baru memberanikan diri menyusui secara langsung. Itu pun dilakukannya dengan protokol kesehatan ketat, seperti memakai sarung tangan, dobel masker, menggunakan face shield, dan mandi sebelum menyusui.

"Pakai protokol kesehatan ketat dan cuma 15 menit. Jadi, sampai sekarang saya tidak tidur bersama anak. Hanya waktu menyusui, saya ke rumah ibu untuk menemui dia."

Ayu berharap hasil tes PCR-nya segera negatif supaya bisa kembali menyusui langsung anaknya. Ia merindukan momen bonding dengan buah hatinya itu.

Kehilangan momen 'bonding'

menyusui saat positif covid

Sumber gambar, Getty Images

Hal yang sama dirasakan Lenggangpakuan Annisaqodri atau biasa disapa Ninis. Menurutnya, itulah perbedaan yang paling dirasakannya saat menyusui anak keduanya di kala pandemi.

"Kalau menyusui sebelum pandemi, yang penting sebelum pegang bayi cuci tangan, langsung nyusuin. Bisa sambil lihat-lihatan sama bayinya, bisa banyak bonding time-nya.

"Sedangkan dengan kondisi Covid, menyusui itu, bayi datang nyusu, habis itu sudah, selesai. [Saya merasa] kehilangan momen bonding sama anak," ungkap Ninis, yang berkata sesak napas karena terpapar Covid semakin menyulitkan proses menyusui.

Terlebih, Ninis juga baru bertubi-tubi ditimpa musibah.

menyusui saat positif covid

Sumber gambar, Dokumentasi Lenggangpakuan Annisaqodri

Pascapersalinan, Ninis mengalami baby blues syndrome. Selama kurang lebih lima hari, Ninis sempat menolak menyusui, sehingga si bayi harus minum ASI perah menggunakan pipet dan gelas khusus.

Saat telah pulih dari baby blues syndrome, suaminya meninggal akibat sakit di akhir tahun lalu.

Kondisi psikis Ninis yang tengah berduka itu mengakibatkan produksi ASI-nya menurun. Ditambah lagi, anaknya harus dirawat di rumah sakit karena demam berdarah.

Baca juga:

Tak lama berselang, Ninis dan ayahnya, yang tinggal serumah, dinyatakan positif Covid-19. Sementara ibu, adik, dan kedua anaknya, negatif.

Mengidap Covid dengan gejala relatif berat, Ninis mengakui fisik dan psikisnya sempat ambruk.

"Menyusui anak kedua ini berat banget," kata Ninis yang baru kembali ke Bandung setelah sekian lama tinggal bersama suami di Papua.

Namun begitu, ia bersyukur mendapat dukungan dari keluarga dan teman-temannya di komunitas ibu menyusui, AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) Jabar.

"Teman-teman yang terus menguatkan, setiap hari bertanya kabar. Jadi akhirnya, saya semangat. Masih ada orang-orang yang peduli," katanya, menekankan pentingnya support system bagi ibu menyusui.

menyusui saat positif covid

Sumber gambar, Getty Images

Ketika dia mengalami gejala Covid-19, Ninis sempat berencana memberikan ASI perah kepada anaknya.

Tapi, "Anaknya ngamuk, nangis-nangis, dan akhirnya malah tidak mau minum [ASI perah] sama sekali, tidak mau makan sama sekali."

Ketika kedua anaknya, beserta ibu dan adiknya dinyatakan positif Covid saat tes swab ulang, Ninis meyakini penularan bukan akibat dari menyusui langsung.

"Kalaupun tertular pasti bukan dari ASI-nya, bukan dari proses menyusuinya. Kemungkinan terpapar dari sebelum kita bermasker di rumah," ujar alumni Fakultas Kedokteran Universitas Jendral Achmad Yani ini.

Bolehkah menyusui langsung saat positif Covid?

Salah satu yang membuat banyak ibu menyusui yang terinfeksi Covid-19 bingung adalah apakah mereka harus menyusui langsung atau tidak.

menyusui saat positif covid

Sumber gambar, Dok. Mira Sari

Mira Sari, 36 tahun, mengaku punya pertanyaan serupa saat mendapati dirinya positif Covid-19. Mira terjangkit virus corona, sementara anaknya tidak.

"Saya konsultasi dulu sama dokter karena saya kan positif, bagaimana [menyusui] anak saya. Terus dokter [bilang], tidak apa-apa karena ibu OTG [orang tanpa gejala]," sebut Mira.

Maka, Mira menyusui anak perempuannya yang berumur 21 bulan dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.

"Ada rasa ketakutan [menulari]. Kita pakai masker sering-sering, pakai hand sanitizer. Anak hanya dekat saya kalau mau menyusui dan makan," ujar warga Kota Bandung itu.

Untuk memutar video ini, aktifkan JavaScript atau coba di mesin pencari lain

Namun jika Mira dan Ninis tak ragu menyusui secara langsung meski mengidap Covid, tak demikian dengan Ayu.

"Yang paling ditakutkan, anak jadi ikut positif. Karena teman kantor ada yang memaksakan untuk DBF dan ternyata anaknya demam dan positif. Tapi enggak tahu juga, saya cuma menghindari risiko terburuk," ujar Ayu.

Menurut Stella Tinia, konselor laktasi, wajar bila ibu yang positif Covid khawatir menulari bayinya.

Namun risiko penularan ini, kata dia, bisa dicegah dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Mencuci tangan terlebih dahulu, mengenakan masker ganda, dan memakai face shield untuk meminimalkan risiko penularan ke bayi.

"Penting diingat bahwa penularannya bukan melalui ASI. Justru ASI akan memberikan antibodi perlindungan buat bayinya. Kalaupun bayinya menjadi positif ataupun tertular, itu bisa terjadi sebelum ibu mengetahui bahwa dirinya positif atau protokol kesehatan saat menyusuinya kurang baik," kata Stella.

menyusui saat positif covid

Sumber gambar, Getty Images

Untuk itu, imbuh Stella, sebaiknya ibu meminimalkan kontak dengan si bayi. Karenanya, ibu harus meminta dukungan dari anggota keluarga lain yang tidak terpapar Covid untuk mengasuh dan menjaga si bayi di luar jam menyusu.

Tapi yang juga tidak kalah penting, kata Stella, ibu harus memperhatikan gejala dan konsultasi dengan dokter yang menangani penyakitnya.

Jika gejalanya sedang dan berat, yang merupakan indikasi rawat inap di rumah sakit, otomatis ibu tidak bisa menyusui langsung.

Jika masih memungkinkan, ibu bisa memberikan ASI perah pada bayinya atau "memerah untuk dibuang", kata Stella, untuk menjaga produksi ASI.

Kiat tetap menyusui saat ibu terpapar Covid

menyusui saat positif covid

Sumber gambar, Getty Images

Ketika seorang ibu menyusui dinyatakan positif Covid-19, Stella menekankan, sebaiknya tidak langsung memutuskan berhenti menyusui anaknya.

"Kebijakan untuk ibu yang terinfeksi Covid-19 itu tetap boleh menyusui. Bahkan, dengan menyusui antibodi akan semakin efektif diberikan kepada bayi, malah akan berefek melindungi bayinya dari infeksi Covid-19," papar Stella.

Berhenti menyusui, Stella menyebutkan, akan berisiko terjadinya kegagalan menyusui yang berarti menghambat pemberian nutrisi terbaik bagi bayi.

"Kebanyakan di masyarakat, begitu seorang ibu terkena Covid malah dipisahkan dari bayinya. Bahkan tidak boleh menyusui," ujar Stella.

Baca juga:

Akibatnya, setelah ibu sembuh dari Covid, produksi ASI-nya sudah sangat menurun atau bayi menolak untuk menyusu langsung.

"Pemberian ASI eksklusif menjadi terhenti," papar dokter yang juga bergelar IBCLC, konsultan menyusui yang telah memperoleh sertifikasi dari International Board of Lactation Consultant Examiners.

Bagaimana bila ibu perlu mengkonsumsi obat-obatan yang belum diketahui indeks keamanannya bagi bayi?

Sejumlah obat yang kerap digunakan untuk terapi pengobatan Covid, masih sedikit penelitian untuk ibu menyusui. Untuk menghindari risiko, Stella menyarankan untuk 'pump and dump' atau memompa lalu buang.

dr Stella Tinia

Sumber gambar, Dok. Stella Tinia

"Misalnya [obat anti virus] Favipiravir yang banyak digunakan, itu penggunaannya sekitar lima hari. Selama lima hari ini, ibu dapat memerah ASI, namun tidak diberikan ke bayi. Jadi perah, namun dibuang.

"Setelah lima hari, kita tambah satu hari untuk periode washout-nya, [setelah itu] ibu bisa kembali menyusui bayinya," kata Stella.

"Tiga jam sekali ASI tetap dikeluarkan, agar produksinya tidak berhenti," ujar ibu dua anak ini.

Selama periode tidak menyusui, Stella menyarankan, bayi tetap diberikan ASI perah.

"ASI perah kondisi beku itu akan jauh lebih baik, sehingga selama tidak bisa menyusui langsung, bayi tetap dapat nutrisinya dari ASI perah."

menyusui saat positif covid

Sumber gambar, Getty Images

Untuk itu, Stella menyarankan agar ibu menyusui memiliki stok ASI perah, meskipun sedang tidak bekerja atau work from home.

"Karena kondisi fisik kita tidak tahu. Apalagi pandemi begini, apa saja bisa terjadi," tegas Stella.

Bagaimanapun, lanjut dia, air susu ibu merupakan nutrisi terbaik dan penting bagi tumbuh kembang bayi dari sejak lahir hingga usia dua tahun.

Menurut WHO, manfaat ASI bagi bayi sangat beragam, antara lain melindungi dari infeksi kuman, mencegah malnutrisi dan diare, memiliki nutrisi yang lengkap, menyehatkan dan mencerdaskan bayi.

Bagi ibu, menyusui mengurangi risiko terkena kanker payudara, memberi jarak pada kehamilan, dan menghemat biaya.

Supaya ibu berhasil 'meng-ASI-hi' atau memberikan ASI untuk bayinya, dukungan dari pasangan dan keluarga sangat penting. Ini sejalan dengan tema Pekan ASI Sedunia tahun yang jatuh pada pekan pertama Agustus lalu.

menyusui saat positif covid

Sumber gambar, Getty Images

Protect breastfeeding: A shared responsibility, atau Melindungi menyusui: Tanggung jawab bersama, mengusung lingkungan aman dan nyaman, juga dukungan bagi ibu menyusui yang sangat relevan di kala dunia masih berusaha keras menanggulangi pandemi.

Dukungan dari sesama ibu menyusui dan keluarga inilah yang pada akhirnya membantu Ninis sukses menyusui bayinya, meskipun sedang positif Covid dan mengalami banyak cobaan.

"Peran support system kita… Bagaimana orang tua, adik, dan orang-orang serumah tahu ASI itu penting, menyusui itu baik untuk bayi. Jadi akhirnya mereka mendukung habis-habisan juga," kata Ninis.

*Wartawan Yuli Saputra di Bandung, Jawa Barat, berkontribusi pada artikel ini.

Adblock test (Why?)


Ibu menyusui kena Covid: Dari takut menulari bayi hingga kehilangan momen ‘bonding’ - BBC News Indonesia
Read More

No comments:

Post a Comment

Korsel Targetkan 300 Ribu Wisatawan dari Indonesia pada 2022 - Republika Online

Kunjungan wisatawan Indonesia ke Korea Selatan anjlok pada 2020 dan 2021. REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Korea Selatan (Korsel) menargetkan kun...